12 Januari
2010
Oleh : Rani Yuanita
Manusia
adalah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Di dalam kehidupan sosial tersebut manusia mempelajari seluk beluk
kehidupan. Dalam hidupnya manusia tidak lepas dari belajar. Belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pandangan umum di Indonesia
ini, belajar diidentikan sebagai pendidikan di sekolah yang berkisar antara
umur 6-18 tahun atau bahkan jika melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi tentu
lebih banyak jangka usianya. Tetapi kita akan lebih membahas tentang pendidikan
di sekolah. Terutama tingkat dasar dan menengah yang dalam kebijakan pemerintah
inilah yang disebut wajib belajar 9 tahun.
Setiap orang
mempunyai sisi psikologis dimana sisi ini berdampak pada hal-hal tindakannya.
Atau bisa disebut gejala jiwa. Dalam pendidikan pun gejala jiwa manusia
yang mendasar banyak muncul. Gejala jiwa tersebut akan mempengaruhi berbagai
perilaku manusia, baik perilaku pendidik maupun perilaku peserta didik
atau siswa. Dalam tulisan in akan dibahas bagaimana gejala jiwa tersebut
mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Gejala jiwa
yang ada pada diri manusia sangat mempengaruhi perilakunya. Tidak terlepas
dalam dunia pendidikan yaitu pada pendidik maupun peserta didik (dalam tulisan
ini hanya membahas peserta didik). Gejala jiwa misalnya: sensasi, persepsi,
memori, berpikir, intelegensi, emosi dan motivasi mempengaruhi pola perilaku
belajar siswa. Hal tersebut nantinya bisa mempengaruhi kualitas hasil akhir
dalam belajar.
Adanya
hubungan antara kemampuan belajar dengan kemungkinan tidak naik kelas. Pertama
kita akan analisis tentang kemampuan belajar seorang siswa. Menurut hemat saya,
kemampuan belajar adalah bagaimana seorang anak bisa memahami, mengikuti dan
melaksanakan apa yang ia peroleh dalam pendidikan. Hal ini menyangkut bisa atau
tidaknya anak tersebut mempelajari sesuatu. Faktor gejala jiwa tersebut bisa
mempengaruhi kualitas kemampuan belajar seorang anak. Misalnya:
- Pengindraan dan Persepsi
Kemampuan otak untuk menerjemahkan
stimulus seorang anak satu sama lain berbeda-beda, tidak semua stimulus dapat
diindra. Begitu pelajaran yang disampaikan guru tidak semua bisa ditangkap oleh
siswa, persepsi pun akan berlainan. Hal ini juga mempengaruhi kemampuan
belajar.
- Memori
Setiap hari kita memilki banyak
aktivitas, berbagai informasi kita peroleh setiap harinya. Untuk memunculkan
kembali informasi-informasi tersebut terkait dengan kerja memori atau otak.
Dalam kenyataan, kemampuan otak manusia berbeda-beda. Siswapun seperti itu.
Kemampuan otak untuk memasukkan, menyimpan, memunculkan kembali informasi
yang didapatkan (pelajaran misalnya) mempengaruhi kemampuan belajar si anak
tersebut.
- Berpikir
Berpikir biasanya terjadi pada orang
yang mengalami masalah atau dihadapkan pada masalah. Masalah di sini bisa kita
analogikan dengan pelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Kemampuan berpikir
siswa inilah yang juga mempengaruhi kemampuan belajar.
- Intelegensi
Dari berbagai definisi intelegensi
yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda, para ahli sepakat memandang
intelegensi sebagai kemampuan umum seseorang. Yaitu dalam menyesuaikan diri,
belajar, atau berpikir abstrak. Intelegensi juga mempengeruhi kemampuan belajar
seseorang.
- Emosi dan Motivasi
Sebagai manusia, emosi memberi warna
dalam perilaku kita. Anak didik pun demikian. Emosi mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Emosi yang positif dapat membantu belajar siswa tetapi emosi yang
buruk dapat menghambat. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan
yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses. Begitu pula sukses belajar.
Motivasi ini diperlukan agar menggiatkan aktivitas belajar siswa. Jadi, emosi
dan motivasi mempengaruhi kemampuan belajar siswa.
Dari gejala-gejala jiwa yang
mempengaruhi kemampuan belajar seseorang anak tersebut, yang menjadi masalah
adalah ketika gejala jiwa yang buruk membuat kemampuan belajar siswa tidak
maksimal. Bahwa kemampuan belajar anak mempengaruhi kualitas hasil
belajar yang dalam hal ini terkait dengan kemungkinan tidak naik kelas. Hasil
belajar itulah yang kemudian menyebabkan anak tersebut naik atau tidak naik.
Saya menyoroti bahwa kemampuan belajar seorang anak dipengaruhi gejala-gejala
jiwa pada anak tersebut. Jika gelaja jiwa tersebut positif, maka akan cenderung
seorang anak mempunyai kemampuan belajar yang baik (maksimal). Tetapi jika
gejala jiwa itu negatif maka kemampuan anak akan terpengaruhi sehingga menjadi
kurang baik. Kualitas gejala jiwa juga mempengaruhi, misalnya jika
intelegensinya bagus maka kemampuan belajar juga akan bagus. Kemudian berdampak
pada hasil yang dicapai oleh anak didik. Dengan demikian kemampuan belajar yang
tidak maksimal tidak menutup kemungkinan siswa untuk tidak naik kelas.
Ada beberapa tips untuk mengatasi
masalah tersebut, diantaranya:
- Gejala jiwa juga dipengaruhi oleh keadaan fisik, maka usahakanlah fisik tetap sehat dan mendukung kemampuan belajar.
- Ciptakan atau pilihlah suasana yang kondusif untuk mendukung kemampuan belajar.
- Latih gejala jiwa agar lebih peka dan meningkat kualitasnya sehingga lebih bermanfaat.
- Usahakanlah mengatur gejala jiwa yang negatif agar tidak merugikan prestasi belajar.
Gejala jiwa juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa sehingga sebagai pelajar harus bisa memanfaatkan gejala
jiwa agar hasil belajar menjadi baik.
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk
meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa
komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya
termasuk yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam
beberapa komponen saja. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan
satu atau beberapa komponen itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya.
Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan
peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan,
seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar.
Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus
dipandang secara individual dan kelelmbagaan. Secara individual, seorang guru
harus mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi
ini ditunjang oleh keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani
sebaik mungkin kepada anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu
belajar, baik untuk ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun
belajar memahami aspek psikologis kemanusiaan. Seorang guru juga harus mampu
memahami bagaimana cara murid belajar. Jika guru telah mampu menguasai teknik
yang dapat meningkatkan semangat dan keaktifan anak didiknya dalam belajar,
maka dunia pendidikan akan semakin dewasa dan profesional.
GAYA BELAJAR
Ketika kita bertanggung jawab atas hidup kita, maka kita akan mulai
mengupayakan agar segalanya terlaksanakan. Dari sekian banyak upaya yang
dilakukan, satu diantaranya adalah dengan belajar. Namun, terkadang kita salah
mengartikan belajar. Belajar bukan berarti datang ke sekolah, duduk yang manis
sambil mendengarkan penjelasan dari guru tetapi belajar memiliki arti yang
luas. Untuk memahami makna belajar yang sebenarnya, maka kita harus mengetahui
bahwa belajar dibedakan menjadi dua hal, yaitu belajar aktif dan belajar pasif.
Berikut ini adalah kolom tentang belajar aktif dan
belajar pasif.
BELAJAR AKTIF
|
BELAJAR PASIF
|
· Belajar apa saja dari setiap situasi.
· Menggunakan apa yang telah dipelajari agar
memiliki keuntungan di masa mendatang.
· Mengupayakan agar segalanya dapat terlaksana.
· Bersabar pada kehidupan
|
· Tidak melihat adanya potensi belajar.
· Mengabaikan kesempatan untuk berkembang dan suatu
pengalaman belajar.
· Membiarkan segalanya terjadi dengan apa adanya.
· Menarik diri dari kehidupan.
|
A.
PENGERTIAN
Gaya belajar adalah kunci
untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam
situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan
orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan
berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri.
Ada dua kategori utama tentang
bagaimana kita belajar yaitu:
1.
Modalisme adalah bagaimana
kita menyerap informasi dengan mudah
2.
Dominasi otak adalah cara dan
bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
B.
CIRI-CIRI PERLIKAKU BELAJAR
Ciri-ciri perilaku berikut merupakan petunjuk
kecenderungan belajar seseorang:
1.
Orang-orang Visual
·
Rapi dan teratur
·
Bebrbicara dengan cepat
·
Pengeja yang baik dan dapat
melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka
·
Biasanya tidak terganggu
dengan keributan
·
Lebih suka membaca daripada
dibacakan
·
Sering menjawab dengan singkat
·
Lebih suka seni daripada musik
2.
Orang-orang Auditorial
·
Mudah terganggu oleh keributan
·
Dapat mengulangi kembali dan
menirukan nada, birama dan warna suara.
·
Mereka sulit untuk menulis,
tetapi hebat dalam bercerita
·
Lebih pandai mengeja dengan
keras daripada menuliskannya
·
Lebih suka gurauan lisan
daripada membaca komik
3.
Orang-orang Kinestetik
·
Berbicara dengan perlahan
·
Menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian
·
Selalu berorientasi pada fisik
dan banyak gerak
·
Menghafal dengan cara berjalan
dan melihat
·
Menggunakan jari sebagai
petunjuk kita membaca
·
Banyak menggunakan isyarat
tubuh.
KARARTER PESERTA DIDIK
Pada saat kita akan mengajar seorang atau sekelompok
anak, maka kita harus mengidentifikasi karakter masing-masing dari mereka.
Langkah awal yang dapat kita lakukan adalah memperhatikan apakah anak didik
kita termotivasi oleh kondisi di luar diri mereka atau oleh diri sendiri.
Jika ia termotivasi oleh kondisi di luar dirinya maka ia
tergolong ELC (eksternal lokus of
control), dan jika termotivasi oleh diri sendiri, ia tergolong ILC (internal lokus of control). Dalam
perilaku sehari-hari perbedaan mendasar dapat ditemukan dalam beberapa
kebiasaan ini:
ILC
|
ELC
|
· Menyendiri
· Sungguh-sungguh / intens
· Menjauhkan diri dari orang lain
· Menyerap informasi dari kelompok
· Tidak menyukai keramaian
· Sedikit teman
· Menyimpan apa yang dipikirkan
· Mencari waktu yang tenang
· Senang mendengarkan
· Sulit didekati
· Menyukai kestabilan batin
· Pendekatan objektif
· Terarah ke dalam diri sendiri
· Berlatih mengekang diri
· Memberi tanggapan dengan penuh hati-hati
|
· Suka berkelompok
· Rileks / santai
· Antusias
· Berbicara dalam kelompok
· Suka keramaian
· Banyak teman
· Menyatakan apa yang dipikirkan
· Mencari kegiatan / aktifitas
· Senang berbicara
· Berbagi pengalaman pribadi
· Menyukai pengalaman baru
· Suka bersama orang lain
· Terpengaruh pendapat orang lain
· Memperlihatkan emosi
· Memberi tanggapan dengan cepat
|
A.
MENGENAL KARAKTER PESERTA
DIDIK
Cara menentukan kategori karakter peserta didik dapat
dilakukan dengan memperhatikan bagan berikut:
ELC:
Kekuatan: Bisa bicara tentang apa saja, kapan saja, dan dimana saja dengan atau tanpa informasi. Memiliki
kepribadian yang bergairah, optimis, rasa humor,kemampuan bercerita, menyukaiorang lain.
SANGUINIS Kelemahan: Tidak terorganisasi,
POPULAR (Sp) tidak
bisa mengingat perincian atau nama, membesar-besarkan, tidak serius tentang apa pun,mempercayakan kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan,mudah ditipu dan kekanak-kanakan.
Kekuatan: Kemampuan
menguasai apa saja dengan seketika,membuat penilaian yang cepat
KOLERIS KUAT dan tepat.
(Kk) Kelemahan:
Terlalu suka memerintah, mendominasi,otokratis,
tidak perasa, tidak sabar, tidak mau mendelegasikan atau menghargai orang lain.
TINDAKAN
MEMAHAMI KARAKTER PESERTA DIDIK
Memahami karakter setiap
individu tidaklah mudah. Namun ada sebuah pendekatan atau tindakan khusus untuk
dapat memahami setiap karakter peserta didik dengan mudah. Tindakan-tindakan
tersebut harus disesuaikan dengan karakter mereka. Berikut ini adalah tindakan
yang harus dilakukan.
1.
Terhadap Murid Sanguinis
·
Kenali kesulitan mereka dalam
menyelesaikan tugas
·
Sadarilah mereka bicara tanpa
berpikir lebih dulu
·
Sadarilah mereka menyukai
variasi dan fleksibelitas
·
Bantulah mereka agar tidak
menerima lebih dari yang bisa mereka lakukan
·
Jangan harapkan mereka
mengingat janji pertemuan atau tepat pada waktunya
·
Pujilah mereka untuk segala
sesuatu yang dapat mereka raih
·
Ingat bahwa mereka orang yang
terpengaruh oleh keadaan
·
Bawakan mereka hadiah: Mereka
menyukai mainan baru
·
Terimalah kenyataan bahwa
mereka mendapatkan kesenangan dari apa yang akan memalukan orang lain
·
Sadarilah bahwa mereka
bermaksud baik
2.
Terhadap Murid Koleris
·
Akuilah bahwa mereka berbakat
pemimpin
·
Bersikeraslah melakukan
komunikasi dua arah
·
Ketahuilah bahwa mereka tidak
bermaksud menyakiti
·
Jangan memaksa kemujuran
mereka
·
Berusahalah membagi-bagi
bidang tanggung jawab
·
Sadarilah mereka tidak penuh
belas kasihan
·
Ketahuilah mereka selalu ingin
benar
3.
Terhadap Murid Phlegmatis
·
Sadarilah mereka memerlukan motivasi
langsung
·
Bantula mereka menetapkan
tujuan dan mempereroleh imbalan
·
Janagn mengharapkan antusiasme
·
Sadarilah bahwa menunda-nunda
merupakan bentuk kontrol mereka secara diam-diam
·
Paksalah mereka membuat
keputusan
·
Jangan menumpuk semua
kesalahan pada mereka
·
Doronglah mereka untuk
menerima tanggung jawab
·
Hargailah disposisi mereka
yang merata
4.
Terhadap Murid Melankolis
·
Ketahuilah bahwa mereka sangat
perasa dan mudah sakit hati
·
Sadarilah bahwa mereka
dilahirkan dengan sikap pesimis
·
Belajarlah berurusan dengan
tekanan jiwa
·
Pujilah mereka dengan tulus
dan kasih sayang
·
Terimalah kenyataan bahwa
kadang-kadang mereka menyukai kesunyian
·
Berusahalah menepati jadwal
yang masuk akal
·
Sadarilah bahwa kerapian itu
perlu
KECAKAPAN AKADEMIS
A.
PENGERTIAN
Kecakapan akademis adalah
kecakapan yang sangat terkait dengan kemampuan panca indera dan otak kiri kita.
Kita dikatakan memiliki kecakapan akademis yang baik bila fungsi panca indera
dan otak kiri kita dapat berfungsi dengan baik dan saling mendukung satu dengan
yang lainnya.
B.
OPTIMALISASI FUNGSI PANCA
INDERA
Seperti telah dijelaskan
sebelumnya panca indera adalah sebuah anugerah manusiawi yang menyatu dalam
fungsi manusia yang utuh. Panca indera pada dasarnya bekerja sebagai pengumpul
informasi, data dan fakta guna mengetahui apa yang sedang terjadi.
Untuk mengoptimalkan fungsi
panca indera, sensitifitas dan ketajaman indera kita perlu terus ditingkatkan.
Dengan dukungan pengetahuan, hasrat dan latihan kita akan sangat mudah
mengoptimalkan fungsi panca indera agar sesuai dengan kebutuhan kita.
Pergunakanlah fungsi panca indera ini sesuai dengan kebutuhan dan manfaat kita,
dengan tidak melanggar prinsip-prinsip dan nilai-nilai (QS. Al-Araf: 179).
C.
OPTIMALISASI FUNGSI OTAK KIRI
Proses berpikir otak kiri
bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional. Cara bekerja otak kiri sesuai
untuk tugas tertentu seperti ekspresi verbal, menulis, membaca, aosiasi
auditorial, menjelaskan detil dan sesuai fakta serta simbolik.
Dikatakan otak kiri anda
berfungsi optimal bila daya ingat dan memori kita tentang peristiwa yang telah
terjadi atau kita ketahui dengan mudah dapat kita ceritakan kembali. Perilaku
orang menggunakan otak kiri secara optimal adalah:
·
Dalam mengambil keputusan
cenderung melihat konsekuensi logis dari suatu tindakan.
·
Melihat hubungan sebab akibat
dari suatu situasi dengan cara menganalisa secara objektif.
·
Membuat standar yang objektif
dan penerapan dari prinsip-prinsip yang ada pada diri sendiri kemudian
menemukan sesuatu yang salah sehingga dapat menerapkan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
Optimalisasi fungsi otak kiri adalah cara-cara yang dapat
digunakan baik mengembangkan maupun melatih sebagai keterampilan kita dalam
proses kerja otak kiri guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita
inginkan.
D.
TUJUAN MENGOPTIMALISASIKAN
FUNGSI OTAK KIRI
Optimalisasi fungsi otak kiri dapat dilakukan untuk dua
tujuan utama:
1.
Meningkatkan kemampuan fungsi
sekuensial abstrak
Dunia otak kiri sekuensial
abstrak adalah dunia teori dan pemikiran abstrak. Cara kerja otak kiri ini
berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi, menyukai orang/kejadian yang
teratur rapi. Sangat mudah melihat hal penting, seperti kata ‘kunci’ dari
sebuah kalimat, dan detil-detil dari peristiwa penting yang dilihat/dialami.
2.
Meningkatkan kemampuan fungsi
sekuensial konkrit
Proses kerja otak kiri
sekuensial konkrit berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara
yang teratur, linear dan sekuensial, baik abstrak maupun konkrit.
Aktifitas yang paling nyaman
dan disukai oleh proses kerja otak kiri sekuensial konkrit adalah membaca,
meneliti secara mendalam, mencari tahu sebab-sebab dibalik akibat dan
menggunakan teori-teori dan konsep yang sudah dipahami. Lebih menyukai bekerja
sendirian daripada berkelompok. Kemampuan otak inilah yang mengarahkan kita
menjadi filosof atau ilmuwan besar.
E.
HUBUNGAN SINERGIS FUNGSI PANCA
INDERA DENGAN OTAK KIRI
Satu diantara kekuatan panca
indera adalah mata. Mata akan sangat mudah digunakan untuk fungsi kerja otak
kiri. Pada saat otak kiri bekerja, maka mata terlihat memicing/melirik ke kiri
anda, ke atas, mendatar, atau ke bawah.
Bila kita ingin mengoptimalkan
fungsi kerja otak kiri, maka mata dapat kita gunakan sebagai alat bantu yang
efektif, yakni:
·
Bila kita mengingat sesuatu
yang telah terjadi, atau memasukkan memori ke pikiran kita – bersamaan dengan
bekerjanya otak kiri gunakan lirikan mata kita ke arah kiri.
·
Bila ingatan kita terkait
dengan visualisasi terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi – liriklah
mata kita ke arah kiri atas.
·
Bila kita menginginkan
optimalisasi ingatan sebagai hasil pendengaran kita – liriklah mata kita ke
arah kiri mendatar.
·
Bila kita ingin menguatkan
ingatan terhadap peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan perasaan dan kasih
sayang – liriklah mata kita ke kiri bawah.
F.
MANFAAT DARI KECAKAPAN
AKADEMIS
Beberapa manfaat yang segera
kita peroleh bila kecakapan akademis kita berfungsi baik adalah:
·
Kemampuan mengingat dan
menyimpan memori kita akan bertambah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
kita.
·
Kemampuan memecahkan masalah
menjadi lebih baik, terutama dengan data dan fakta yang kita ketahui.
·
Kemmapuan mengajar dan
presentasi meningkat, terutama terhadap hal-hal yang telah kita ketahui dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Dua hal penting sehubungan dengan kecakapan akademis
kita, adalah:
1.
Kecakapan mengingat dan
menyimpan memori
2.
Kecakapan mengajar sebagai
presentator
KECAKAPAN INTUITIF
Dikatakan memiliki kecakapan intuitif jika guru sangat
mudah dalam melakukan inovasi dan improvisasi dalam proses belajar dan
mengajar. Kecakapan intuitif didapatkan dari optimalisasi peran panca indera
dan fungsi otak kanan.
A.
FUNGSI OTAK KANAN
Cara berpikir otak kanan
bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara kerja otak kanan bertugas pada hal-hal yang bersifat non
verbal, terkait dengan intuisi, hubungan yang berpola, musik, seni, kepekaan
warna, kreatifitas dan visualisasi.
Perilaku yang mneunjukkan
penggunaan otak kanan secara optimal adalah:
·
Perhatian pada gambaran umum
yang leih utuh
·
Mengolah informasi dan
mendapatkan data dengan indera ke-6
·
Lebih berminat pada pemahaman
imajinatif
·
Abstrak dan teoritis
·
Melihat pola dan makna di
balik aktifitas atau peristiwa
·
Orientasi hidup masa depan
·
Memulai dari mana saja
·
Menyukai kemungkinan untuk
berdaya cipta
·
Mengandalkan inspirasi
B.
OPTIMALISASI FUNGSI OTAK KANAN
Optimalisasi fungsi otak kanan
adalah cara-cara yang dapat digunakan baik mengembangkan maupun melatih sebagai
keterampilan kita dalam proses kerja otak kanan guna mendapatkan hasil yang
sesuai dengan yang kita inginkan.
1.
Optimalisasi fungsi otak
kanan: Meningkatkan kemampuan fungsi pemikiran acak konkrit
2.
Meningkatkan kemampuan fungsi
pemikiran acak abstrak
C.
HUBUNGAN SINERGIS FUNGSI PANCA
INDERA DENGAN OTAK KANAN
Seperti telah dikatakan pada
kecakapan akademis, bahwa salah satu kekuatan panca indera adalah mata. Seperti
halnya mata mempengaruhi fungsi kerja otak kiri, begitu juga terhadap fungsi
otak kanan. Pada saat otak kanan bekerja, maka mata terlihat memicing / melirik
ke kanan kita, baik ke atas, mendatar, atau ke bawah.
Bila kita ingin mengoptimalkan
fungsi kerja otak kanan, maka mata dapat kita gunakan sebagai alat bantu yang
efektif, yakni:
·
Bila kita memikirkan sesuatu
yang akan terjadi, atau merencanakan sebuah alasan dibalik peristiwa yang akan
terjadi – bersamaan dengan bekerjanya otak kanan, kita gunakan lirikan mata ke
arah kanan
·
Bila kita berimajinasi dengan
teknik visualisasi terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi atau kita
inginkan – liriklah mata ke arah kanan atas
·
Bila kita menginginkan
optimalisasi kemampuan daya khayal melalui ketajaman pendengaran – liriklah
mata kita ke arah kanan mendatar
·
Bila kita ingin menguatkan
imajinasi dan menumbuhkan sifat yang berhubungan dengan perasaan dan kasih
sayang – merenunglah dan gunakan lirikan mata ke kanan bawah.
KECAKAPAN RASA
A.
PENGERTIAN
Kecakapan rasa sangat
berhubungan dengan kesadaran dan kemampuan merasa, dan naluri. Untuk
menghidupkan kecakapan ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah
membuang rasa takut dan jangan mengacuhkan terhadap perasaan, kepedulian dan
insting kita yang tiba-tiba bermunculan.
Kecakapan rasa tercapai pada
saat bertemunya kemampuan fungsi panca indera dengan fungsi hati. Seseorang
dikatakan memiliki kecapakan rasa yang kuat bila memiliki kemampuan indera,
emosi dan fungsi hati secara baik.
B.
MEMFUNGSIKAN HATI
Hati memiliki pasukan-pasukan
yang berfungsi sesuai kebutuhannya. Diantara pasukan-pasukan hati maka
terdapatlah tiga pasukan lain yaitu Ilmu, Hikmah dan Tafakkur. Memfungsikan
hati artinya adalah memfungsikan pasukan-pasukan yang ada untuk fokus pada
tujuan hakiki.
Potensi ilmu terletak pada
kemampuan kita membedakan mana yang benar dan mana yang dusta dalam ucapan;
antara hak dan bathil dalam aqidah; antara baik dan buruk dalam amal perbuatan.
Bila potensi ini terwujud maka hati akan mendapat buah hikmah, sebagai modal
berbagai keutamaan. Barang siapa diberi
hikmah, maka ia benar-benar diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang
bisa mengambil pelajaran, kecuali orang-orang yang memiliki lubuk hati (QS.
Al-Baqarah: 269).
Sedangkan hikmah dan syariat
digunakan secara tegas bagi pengendalian potensi amarah dan syahwat.
Mengendalikan potensi amarah harus dikompensasikan dengan rasa keberanian.
Allah sangat mencintai keberanian, karena dari keberanian yang tidak membabi
buta dan tidak lemah akan lahir sifat-sifat terpuji, yaitu: berbudi mulia,
semangat, kecendekiaan, kesopanan, kemandirian, ketegasan, kewibawaan dan kasih
sayang. Sedangkan menundukkan potensi syahwat harus dikompensasikan dengan
harga diri. Dari sikap harga diri akan lahir sifat terpuji, yaitu: sifat
dermawan, rasa malu, sabar, toleran, qanaah, wara’, tolong menolong, kerja
keras, dan kecilnya rasa tamak. Secara teknis
untuk mendukung penataan hati, lakukanlah hal-hal berikut ini:
·
Tersenyumlah sampai ke hati
·
Jadikan hal-hal kecil tetap
kecil
·
I’m not ok is ok!
·
Lebih sabar dan latihlah
dengan sabar
·
Turunkan daya stress
·
Tertawakan diri sendiri
·
Luangkan sedikit waktu setiap
hari dan bersantailah
C.
OPTIMALISASI FUNGSI HATI
Yang dimaksudkan optimalisasi
fungsi hati adalah memberdayakan kemmapuan merasa kita yang ada dalam salah
satu fungsi hati. Dikatakan optimalisasi fungsi kerja hati sudah baik, bila
ditandai dengan oerilaku sebagai berikut:
·
Dalam mengambil keputusan
cenderung mempertimbangkan kepentingan diri sendiri maupun orang lain
·
Menempatkan diri dalam situasi
dan melihat orang-orang yang terlibat
·
Mengutamakan nilai-nilai
kemanusiaan, keharmonisan dan pengakuan sebagai individu
·
Kekuatannya terletak pada
pengertian, penghargaan, dan dukungan pada orang-orang lain
D.
HUBUNGAN SINERGIS FUNGSI PANCA
INDERA DENGAN HATI
Seperti telah dikatakan pada
kecakapan akademis dan intuitif, salah satu kekuatan panca indera adalah mata.
Seperti halnya mata mempengaruhi fungsi kerja otak kiri, otak kanan begitu juga
terhadap fungsi hati. Hubungan sinergis hati dengan mata adalah seperti raja
dan pengawal, seperti atasan dengan bawahan. Artinya panca indera (mata)
bekerja sesuai perintah hati. Pada saat hati (perasaan) bekerja, maka panca
indera akan berfungsi sebagai pasukan yang melaksanakan perintah.
Bila kita ingin mengoptimalkan
fungsi kerja hati (perasaan), maka mata dapat kita gunakan sebagai alat bantu
yang efektif, yakni:
·
Dalam realitas panca indera
khususnya mata berfungsi sebagai jendela. Apa yang ada dalam hati kita, akan ditampakkan
oleh mata atau panca indera kita yang lainnya.
·
Bila kita merasakan perasaan
yang sangat menyenangkan, maka jelas panca indera kita akan menampakkannya,
terutama mata yang berbinar-binar.
·
Bila kita merasakan perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, maka jelas panca indera kita akan
menunjukkannya, terutama mata yang nampak tidak berbinar.
·
Panca indera adalah pasukan
hati yang tampak. Apa yang dialkukan panca indera sesungguhnya diperintahkan
oleh hati.
KECAKAPAN MENGAJAR
A.
PENGERTIAN
Kecakapan dalam mengajar atau
presentasi adalah keterampilan yang dimiliki dengan mensinergiskan fungsi panca
indera dan otak kiri sebagai bagian dari kecakapan akademis.
Seseorang dikatakan memiliki
kecakapan mengajar atau presentasi bila ia mampu tampil menarik, menyampaikan
pengetahuan secara efektif dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik.
Setiap kali kita mengajar atau
melakukan presentasi sesungguhnya kita sedang melakukan kegiatan komunikasi.
Setiap kali kita berkomunikasi sesungguhnya kita sedang melakukan transaksi,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap sesuatu/orang lain yang menjadi
sasaran dari komunikasi tersebut.
B.
PRAKTIK MENGAJAR
Beberapa hal yang berhubungan dengan praktik mengajar
atau presentasi adalah:
1.
Membuka pembelajaran
Cara terbaik membuka pembelajaran atau presentasi pada
umumnya bertujuan mendapatkan 120 detik pertama:
·
Dapatkan perhatian dan minat
pendengar
·
Sampaikan ‘apa manfaat sesi
ini bagi peserta?
Tujuh langkah terbaik untuk membuka pembelajaran:
1)
Sapa pendengar dengan antusias
2)
Bila belum, perkenalkan diri
secara profesional dan sanguinis
3)
Hargai pendengar dengan tulus
4)
Cairkan suasana dengan ice
breaker
5)
Sebutkan tujuan pembelajaran
yang akan dibahas
6)
Jelaskan manfaat dari
pembelajaran yang diajarkan
7)
Ajak peserta memasuki kegiatan
selanjutnya
2.
Menyampaikan materi
Agar penyampaian materi menjadi berisi dan memiliki
kedalaman makna bagi peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut:
·
Eksplorasikan keterampilan
Sanguinis, Koleris, Melankolis dan Phlegmatis kita
·
Kembangkan kemampuan kita
dengan meningkatkan 4 anugerah manusiawi (panca indera, otak kiri, otak kanan
dan hati)
·
Beri muatan yang berpusat pada
prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki, melalui pembaharuan spiritualitas
3.
Membina hubungan dengan
peserta didik
·
Perkuat sisi Melankolis dan
Phlegmatis kita
·
Anggap kesempatan untuk
berbicara / mengajar adalah suatu kehormatan bagi kita
·
Beri apresiasi fokus pada
peserta didik kita
·
Peserta didik yang sudah
kenal, setiap kali kita memintanya melakukan sesuatu sebutlah namanya
·
Tempatkan diri kita di bawah
bukan di atas
·
Katakan ‘kita’ bukan ‘kamu’
·
Jangan mengajar dengan wajah
yang cemberut atau kesal
·
Bicaralah sesuai dengan
karakter peserta didik
·
Nikmati pengajaran yang kita
berikan
·
Bermainlah selalu dalam
hal-hal yang positif
·
Terimalah kritik – jangan
menolak
·
Jadilah seorang pelaku dari
yang kita ajarkan
4.
Menjawab pertanyaan
·
Perkuat sisi panca indera,
otak kiri, otak kanan dan hati
·
Dengarkan baik-baik pertanyaan
yang diajukan
·
Ulangi pertanyaan dengan
kalimat kita sendiri
·
Pastikan bahwa itulah yang
ingin ditanyakan penanya
·
Beri jawaban sesuai dengan
kebutuhan penanya
·
Pastikan bahwa penanya sudah
merasa jelas
5.
Menghadapi peserta sulit
Peserta sulit yang dimaksudkan adalah peserta yang suka
membuat masalah; tukang sanggah, tukang serba tahu, tukang omong, tukang
potong, tukang mondar-mandir, tukang gosip, tukang bisik-bisik, tukang diam,
tukang sok sibuk, tukang datang terlambat. Cara
menetralisir peserta sulit adalah sebagai berikut:
·
Hindari debat kusir
·
Jangan katakan ‘kamu salah’
·
Bila salah – akui secara
simpatik
·
Mulai dengan hal-hal yang
sudah disepakati
·
Usahakan orang lain untuk mau
bicara
·
Buat ide datang dari orang
lain
·
Lihat masalah dari kaca mata
orang lain
·
Simpati dengan ide dan
keinginan orang lain
·
Pertahankan energi positif,
ingat visi-misi mengajar kita
·
Dramatisir ide
·
Berilah tantangan
6.
Menutup pembelajaran
Langkah-langkah praktis yang dapat kita lakukan adalah:
·
Rangkum dengan singkat hal
yang telah dibicarakan
·
Motivasi pendengar untuk
menerapkan atau mempelajari kembali apa yang telah anda sampaikan
·
Bila ada kegiatan lanjutan,
pembelajaran selanjutnya tetaplah motivasi peserta akan manfaat dari kegiatan
yang akan diikuti
·
Hargai pendengar dengan tulus
atas perhatian dan kerjasamanya
·
Tutup kegiatan dengan teknik
memotivasi kembali peserta didik
INOVASI
DAN IMPROVISASI DALAM PROSES BELAJAR DAN MENGAJAR
DISUSUN
OLEH: RENTI
OKTARIA/NIM:
2063209020/
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BANI SALEH BEKASI
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar