Teks
narasi ekspositoris
PRIA HEBAT
Pria
yang bernama Tugiran ini dilahirkan 52 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 5
Mei 1959. Dia adalah putra sulung dari enam bersaudara pasangan Amat Sahid dan Sumirah.
Adik pertamanya bernama Sukinah, yang ketiga Turiyem, yang keempat Jumirah,
yang kelima Rubiyo, dan yang terakhir adalah Rubinem. Semasa kecilnya, dia
dikenal sebagai anak yang cenderung nakal karena keaktifannya. Sebagai anak
yang tertua, dia sangat menyayangi adik-adiknya. Berawal dari sanalah jiwa
kepemimpinannya lahir.
Pendidikan
yang dianyamnya terhenti ketika dia baru lulus salah satu SMK Muhammadiyah di Wiyoro,
Banguntapan, Bantul pada jurusan Mesin, atau sekarang lebih dikenal dengan
Otomotif pada tahun 1980. Dia mengalah untuk tidak melanjutkan studinya karena
kelima adiknya sudah mengantre untuk bisa bersekolah sepertinya. Selanjutnya
dia bekerja untuk membantu orang tuanya menyekolahkan adik-adiknya.
“Pak
Lek dan Bu Lek kamu harus bersekolah, setidaknya sampai setingkat SMP atau SMK.
Mereka harus berkenalan dengan dunia pengetahun dan teknologi. Suatu saat nanti
itu akan sangat berguna. Dalam hidup ini, waktu terus berjalan dan manusia
harus mengikuti langkah demi langkah dengan pengetahuan,” ungkapnya.
“Bekerja
adalah pilihan tepat ketika kita tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang
selanjutnya. Meski begitu, yang pertama harus kita ketahui adalah minat dan
bakat kita. Seseorang yang bekerja tidak disertai dengan keinginan dan
kemampuan dari dalam dirinya, sudah dapat dipastikan dia tidak bertahan lama.
Dan itu sempat bapak alami,” katanya suatu ketika.
Setelah
lulus, dia bekerja di PT. Voxel Electric, sebuah pabrik kabel di Jakarta
Selatan, yaitu pada tahun 1980-1982. Kemudian pada tahun 1982, dia mengundurkan
diri dari pekerjaan itu dan bekerja sebagai pramuniaga di Hero Supermarket Pulogadung,
Jakarta Timur selama dua tahun, yaitu dari tahun 1982-1984.
“Bekerja
sebagai buruh pabrik di Voxel setidaknya masih ada hubungannya dengan jurusan
yang bapak ambil ketika sekolah dulu. Akan tetapi ketika bekerja sebagai
pramuniaga, bapak merasa mendapat tantangan baru, karena bidang ini belum bapak
pelajari sebelumnya. Sebagai pramuniaga ibaratnya harus pandai menggoda.
Sesekali mungkin kita memanipulasi kata. Berlebihan itu wajar. Mungkin
anak-anak sekarang menyebutnya dengan bahasa alay”, ujarnya sambil
tertawa.
Pada
akhir tahun 1984, dia diminta pulang ke kampung halaman oleh ayahnya. Selama
berada di kampung halaman, dia mengenal sosok perempuan bernama Sumiasih yang
merupakan adik dari teman sekolahnya dulu, Supardi. Perempuan inilah yang
dipersunting olehnya untuk dijadikan istri.
“Tentang
itu, kamu pasti pernah mendengar peribahasa Jawa: tresna jalaran saka kulina. Peribahasa itulah yang tepat untuk
menggambarkan kedekatan kami. Pak De kamu, Supardi adalah teman dekat bapak. Oleh
karena itu, bapak sering bertemu dengan ibu kamu yang ketika itu masih sekolah
di salah satu SMA di Wonosari,” ungkapnya.
Pada
tahun 1986 mereka memutuskan untuk menikah dan beberapa bulan setelahnya mereka
ke Jakarta Selatan karena sang suami mendapat panggilan untuk kembali ke PT.
Voxel Electric. Pada tanggal 19 Maret 1987 mereka dikaruniai anak pertamanya
yang diberi nama Ika Nurhidayah. Setelah anak pertamanya berusia dua tahun,
sang istri izin bekerja di sebuah pabrik konveksi di Bandung. Olehnya diizinkan
karena selama di Bandung, istri dan anaknya akan tinggal dengan keluarga kakak
pertama sang istri, Sayadi.
Setelah
dua tahun berpisah, mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman ketika
anak pertamanya berusia empat tahun, yaitu tahun 1991. Ketika di kampung
halaman dia mendapat tawaran bekerja sebagai staf rumah tangga di Pertamina oleh
kakak ketiga istrinya. Tawaran itu diterima, sehingga dia bekerja disana dari
tahun 1991 dan mengundurkan diri pada tahun 1993 karena dia diminta untuk
bertani mengurus sawah dan ladang karena kakek dan nenek sudah lanjut usia
sehingga merasa tidak sanggup lagi mengolahnya. Sedangkan adik-adiknya tidak
dapat membantu banyak. Pada tanggal 14 Juli 1993, mereka dikaruniai anak kedua
yang diberi nama Rita Mayasari.
“Profesi
sebagai petani sangat bapak nikmati karena profesi diberikan oleh kakek kamu
sendiri. Bapak merasa memiliki tanggung jawab untuk mengerjakannya. Apalagi
melihat kondisi kakek saat itu yang sakit-sakitan, sedangkan adik-adik bapak
sudah terlalu sibuk mengurusi rumah tangga masing-masing,” tuturnya.
Pada
tahun 1997, adiknya yang bernama Turiyem meninggal dunia karena kelumpuhan yang
ia derita sejak kecelakaan beberapa waktu sebelumnya. Lalu pada tahun 1998,
ayahnya, Amat Sahid menghembuskan nafas terakhirnya sesuai sholat Jumat karena
penyakit stroke dan asma yang ia
derita selama hampir dua tahun. Kemudian tahun 1999, ibunya, Sumirah juga
meninggal dunia karena penyakit hipertensi yang ia derita mulai setahun
sebelumnya. Ini adalah tahun-tahun yang sangat menyedihkan bagi keluarganya,
terutama dia. Dalam waktu tiga tahun berturut-turut dia kehilangan adik dan orang
tua yang sangat dia cintai.
“Bapak
merasa sangat bersedih ketika adik bapak meninggal dunia. Saat itu dua orang sepupumu,
putri dari adik bapak baru berusia 11 tahun dan 3 tahun. Bapak merasa sangat
kasihan, dalam usia yang begitu belia mereka harus kehilangan ibunya. Untunglah
ayah mereka sangat pengertian sehingga mereka tidak terlalu larut dalam
kesedihan dan mau kembali ke rumahnya di Pulogadung, Jakarta Timur. Kesedihan
bapak bertambah karena dua tahun berikutnya bapak kehilangan kedua orang tua.
Bapak merasa belum cukup berbakti kepada mereka. Penyesalan diakhir memang
tidak ada gunanya. Kesedihan yang berlarut-larut hanya akan membuat kita
semakin terpuruk”, ungkapnya beberapa waktu lalu.
Sebenarnya
selain menjadi petani, di waktu-waktu tertentu saat menunggu waktu panen bapak
bekerja sebagai tukang kayu. Dia bersama beberapa orang temannya membeli kayu
yang masih berbentuk pohon dari para pembeli. Kemudian kayu-kayu ini diolah
untuk dijadikan perabotan rumah tangga, pintu, jendela hingga lantai rumah.
Produk-produk ini kemudian dipasarkan ke wilayah Jakarta dan Bogor. Biasanya
bapak dan teman-temannya baru akan melakukan produksi jika mereka memperoleh
pesanan. Pengantaran pesanan itu lamanya hampir satu bulan karena selain
mengantarkan, bapak dan teman-temannya juga harus memasang. Dalam hal ini,
memasang lantai kayu merupakan pekerjaan yang paling memakan waktu jika
dibandingkan dengan yang lain.
Kemudian
pada tahun 2005, dia memulai peruntungan baru. Dia bekerja sebagai salesman (karyawan pemasaran) di UD Cipta Karya Abadi Sleman yang
merupakan salah satu kantor cabang dari pusatnya di Surabaya. Mungkin karena
sebelumnya, dia telah menjajaki dunia perniagaan, jadi saat itu dia tidak
mendapat kesulitan yang berarti. Selama hampir satu setengah tahun, pekerjaan dia
dinilai memuaskan oleh atasannya. Sampai suatu ketika dia memutuskan untuk
berhenti sementara dari pekerjaan itu karena kondisi keluarga yang sedang tidak
mendukung. Saat itu keluarganya sedang tertimpa musibah. Gempa bumi pada
tanggal 27 Mei 2006 telah merenggut nyawa istrinya. Peristiwa ini terjadi
ketika anak keduanya baru duduk di kelas 8 SMP dan kakaknya sudah berkeluarga.
Dia memilih harus menemani anak keduanya hingga tamat dari SMP baru melanjutkan
pekerjaannya.
“Bapak
hanya tidak tega jika kamu sendiri di rumah, sedangkan kakakmu tidak bisa
menemanimu. Jika bapak titipkan kamu ke tempat saudara, bapak tidak yakin kamu
akan betah tinggal disana. Bagi bapak yang terpenting saat itu adalah kamu dan
sekolahmu. Kalau bapak di dekatmu, setidaknya kamu tidak merasa kesepian dan
kamu bisa belajar dengan nyaman,” tuturnya.
Setelah
anak keduanya lulus tahun 2007, dia diterima kembali bekerja di UD Cipta Karya
Abadi. Pada tahun 2010, dia diamanati menjadi koordinator pemasaran yang berada
di wilayah Gunungkidul. Gunungkidul bukan merupakan kantor cabang tetapi hanya
pos dari kantor cabang Sleman yang didirikan untuk memfasilitasi para karyawan
yang berdomisili di Gunungkidul.
“Menurut
bapak sebenarnya sama saja, mau kantor di Sleman atau Gunungkidul, karena
sama-sama tidak bisa pulang setiap hari. Bapak harus tetap berada di kantor
selama seminggu dan pulang ketika libur kerja. Hal ini karena, bapak pulang agak
larut malam dan sesudahnya harus menyusun laporan penjualan setiap harinya.
Jika bapak pulang setiap hari, maka itu hanya akan mengurangi waktu untuk
beristirahat,” ceritanya.
Dari
beberapa pekerjaan yang pernah dia lakoni, pekerjaan inilah yang paling dia
minati. Dia mendapat banyak pengalaman baru yang tidak didapat dari pekerjaan
sebelumnya. Jika saat menjadi pramuniaga, dia hanya berada di satu tempat yang
sama (meskipun dengan orang-orang (konsumen) yang berbeda), maka saat menjadi salesman dia bertemu dengan orang yang
berbeda di tempat yang berbeda pula.
“Dari
pekerjaan ini pula, bapak menjadi tahu keunikan-keunikan setiap daerah yang
pernah dikunjungi, misalnya, ketika berada di Sleman tepatnya di Srumbung. Saat
itu daerah ini sedang panen salak besar-besaran. Karena salak di pasaran sangat
banyak, maka harganya anjlok. Dari konsumen yang bapak datangi, bapak diberi 5
kg salak pondoh. Masih ingatkah kamu saat itu? Juga ketika berada di daerah
lain seperti Kulon Progo, Purworejo, Temanggung, Bantul dan juga Gunungkidul.
Semua tempat memiliki cerita dan kesan tersendiri,” ceritanya.
Kantor
cabang tempatnya bekerja, wilayah pemasarannya hanya sebatas DIY dan sebagian
kecil daerah Jawa Tengah disekitar DIY. Dalam kantor cabang ini terdapat
beberapa kelompok pemasaran. Masing-masing kelompok memiliki 1 koordinator
pemasaran, 1 sopir (jika diperlukan), 10-15 orang karyawan pemasaran dan satu
mobil sebagai fasilitasnya. Dia adalah salah satu dari koordinator pamasaran
itu.
Dalam
pekerjaan ini, tanggung jawabnya yang paling awal adalah membekali para
karyawan pemasaran trik-trik dalam memasarkan barang dan memastikan semua
karyawan menguasai trik tersebut. Selanjutnya adalah pembekalan melakukan
demonstrasi kepada para calon pembeli. Karena produk yang dipasarkan berupa
panci serba guna, jadi mereka harus mengetahui cara-cara memasak dengan benar
dengan menggunakan panci itu, misalnya kue bolu. Setelah pengetahuan tentang
memasak dan cara penggunaan alat masak, dia harus mengajari cari berkomunikasi
dengan orang lain agar mereka tertarik dengan produk yang ditawarkan.
Serangkaian pelatihan tersebut harus dilalaui semua karyawan baru sebelum
mereka terjun ka lapangan. Biasanya lama pelatihan ini 2-3 hari, tergantung
dari karyawan yang dilatih. Selanjutnya dia tidak melepas begitu saja mereka ke
lapangan. Dia harus mendampingi mereka saat melakukan demonstrasi, terutama
pada karyawan yang kesulitan berbicara saat dia sedang memasak.
Hal-hal
tersebut adalah tanggung jawabnya kepada karyawan-karyawannya, sedangkan
tanggung jawab pada perusahaan adalah memastikan setiap bulannya dapat memenuhi
target penjualan, penyetoran uang penjualan secara penuh, pembuatan laporan
yang benar tanpa kecurangan dan mempertahankan karyawan. Oleh karena itu,
setiap hari dia harus berpikir cepat dan tepat untuk memutuskan target pembeli
yang akan ditawari. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan karyawan pemasaran
kepada koordinatornya. Jika koordinator mampu memilih tempat-tempat yang
berpotensi baik, maka karyawan akan mendapatkan poin penjualan yang baik pula,
sehingga mereka akan merasa betah dan bertahan dengan pekerjaan itu.
“Selain
itu, bapak juga harus bisa memahami setiap karakter karyawan. Setiap orang
pasti punya sifat yang berbeda dengan orang lain, jadi menghadapinya pun tidak
bisa disamakan. Dengan seperti ini, bapak bisa membangun kerjasama yang baik
dengan para karyawan. Prinsip bapak adalah kita adalah rekan kerja yang saling
membutuhkan, bukan hubungan antara atasan dan bawahan. Oleh karena itu, banyak
karyawan yang menganggap bapak juga sebagai orang tuannya atau teman curhatnya.
Bapak menyukai yang seperti itu,” paparnya suatu ketika.
Dia
adalah sosok pria hebat yang mungkin bagi orang lain hanya dianggap pria biasa
sama seperti yang lain. Kehebatannya bukan karena pangkat atau kedudukan,
tetapi justru pada keahliannya menempatkan diri, kapan dia harus jadi seorang
pemimpin, kapan dia harus menjadi seorang sahabat, kapan dia harus menjadi
seorang ayah, dan kapan dia harus dari seorang ibu. Semua yang diperankannya
begitu sempurna. Bahkan diusianya yang semakin bertambah tua, semangatnya tak
pernah menurun, tetap menjadi pahlawan bagi keluarga dan rekannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar