Nama : Rita Mayasari
NIM :
10201241037
Kelas : C
Teks Eksplanasi
UPACARA
CING-CING GOLING
Upacara Cing-cing Goling termasuk jenis upacara
selamatan atau ungkapan rasa syukur. Upacara ini dilaksanakan sebagai penghormatan
kepada roh leluhur atau roh pelindung masyarakat di Dusun Gedangan, Desa
Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo. Pada tahun 2009 upacara ini telah ditetapkan
oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu paket wisata budaya.
Upacara Cing-cing Goling merupakan perpaduan antara
dua unsur yang sebenarnya cukup berbeda. Unsur-unsur itu adalah Hindu yang dibawa
oleh pelarian prajurit Majapahit, yaitu Wisang
Sanjaya dan Yudopati beserta kelompoknya dengan
unsur kejawen dari penduduk asli yang mendiami wilayah yang kini dikenal dengan
nama Dusun Gedangan. Prajurit-prajurit itu menetap di daerah sekitar Kali Dawe, Gedangrejo. Mereka hidup dengan
menjadi petani dan membangun bendungan di Kali Dawe yang diberi nama bendungan
Kali Dawe untuk mengairi lahan pertanian. Selain berperan dalam
pertanian, Wisang Sanjaya dan Yudopati juga membantu penduduk setempat melawan
perampok yang telah lama meresahkan desa mereka.
Para pelarian yang
bisa membaur dan penduduk setempat yang bersedia menerima orang-orang asing
menandakan bahwa kebudayaan lokal mempunyai kearifan tersendiri dan tidak
antipati terhadap masuknya budaya pendatang. Oleh karena itu, untuk mengenang legenda tersebut masyarakat Gedangrejo
setiap musim panen ke-2 (sekitar Bulan Mei, Juni, dan Juli) mengadakan upacara
syukuran Cing-Cing Goling yang
diselenggarakan di dekat bendungan Kali Dawe. Hari yang diambil untuk
pelaksanaannya adalah senin wage atau kamis kliwon.
Upacara Cing-cing Goling merupakan upacara
selamatan yang berskala besar untuk ukuran sebuah perayaan adat. Setiap
digelar, upacara ini menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Upacara tersebut
diawali oleh menyiapkan tempat upacara, kemudian penyediaan ayam kampung yang
berkisar antara 500-800 ekor untuk ritual persembahan, berikutnya adalah menyiapkan
berbagai sesaji untuk media doa, dan dilanjutkan dengan pementasan berbagai kesenian
adat, salah satunya yang utama berupa cerita rakyat dalam bentuk teatrikal yang
berkisah tentang cerita pelarian orang-orang dari Kerajaan Majapahit, dan terakhir
adalah pementasan tari Cing-cing Goling.
Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Pertama, upacara Cing-cing
Goling dilaksanakan di dua tempat, yaitu rumah Kepala Dusun Gedangan
sebagai tempat awal untuk memulai kirab kenduri dan selanjutnya di ladang dekat
Bendung Kali Dawe atau Bendungan Kedung Dawang sebagai tempat ritual inti.
Kedua, dalam ritual persembahan warga membuat ayam panggang
dan ayam ingkung, lauk-pauk dan nasi sebagai perlengkapan kenduri. Keperluan
kenduri ini akan dikirab dari rumah Kepala Dusun Gedangan menuju ke Bendung Kali
Dawe. Kemudian ritual dilanjutkan dengan pembacaan
doa oleh pemangku adat untuk keselamatan seluruh penduduk dan kesejahteraan
para petani. Setelah selesai pembacaan doa, makanan-makanan tersebut dibagikan kepada para pengunjung dan masyarakat sekitar yang
tinggal di dekat Bendungan Kali Dawe.
Ketiga, pada cerita rakyat yang
berbentuk teatrikal tersebut dikisahkan oleh
sekelompok orang yang mengepung dua orang laki-laki dan perempuan di tengah
ladang dengan mengucapkan kata “cing-cing
goling” secara berulang-ulang. Kelompok ini berusaha merampok si
perempuan (tokoh perempuan ini diperankan oleh laki-laki) yang dilindungi oleh
temannya. Pada salah
satu adegan terlihat puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian
yang terdapat di sekitar bendungan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat, tanaman
yang diinjak-injak saat berlangsung upacara Cing-cing
Goling itu akan bertambah subur. Teatrikal ini bertempat di ladang yang ada
di sekitar Bendungan Kali Dawe.
Pementasan tari Cing-cing Goling adalah penutup dari
rangkaian ritual inti. Selanjutnya dapat dipertunjukkan hiburan tambahan berupa
kesenian lain seperti jathilan, reog Gunungkidul, campursari, dan pagelaran
wayang kulit. Namun demikian, kesenian-kesenian tersebut tidak selalu
ditampilkan setiap tahunnya mengingat besarnya dana yang dibutuhkan.
Penyelenggaraan upacara
ini memerlukan biaya yang tak sedikit, tetapi upacara Cing-cing Goling tetap diselenggarakan setiap tahunnya. Masyarakat
Gedangan menganggap upacara yang telah bertahan selama berabad-abad ini sebagai
bagian dari adat dan harus dilestarikan. Pengunjung yang menyaksikan prosesi
adat tersebut tidak ditarik biaya dan akan mendapatkan pengetahuan dan hiburan
dari kesenian khas Gunungkidul. Oleh karena itu, pengunjung diharapkan dapat
lebih mengenal dan termotivasi untuk melestarikan kesenian tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar