BAB I
PENDAHULUAN
Kata mempunyai makna sebagai bagian
suatu frase. Frase merupakan bagian dari klausa. Klausa merupakan bagian dari
kalimat. Kalimat merupakan bagian dari paragraf. Sedangkan paragraf merupakan
bagian suatu wacana. Keterampilan komprehensi yang spesifik tersebut dapat
meningkatkan penampilan dalam keterampilan yang dilatih. Sebagai contoh, siswa
yang diberi latihan secara sistematis dalam mengikuti petunjuk tertulis
mengalami lebih banyak peningkatan dalam mengikuti petunjuk daripada kelompok
kontrol yang diberi petunjuk membaca secara lisan. Namun demikian, latihan
tersebut juga bisa tidak akan berhasil jika bahan bacaannya terlalu sulit
sehingga siswa kesulitan membaca kata, frase, dan kalimat.
Jika seorang pembaca kurang memiliki
latar belakang informasi dan konsep-konsep dalam bidang tertentu, ia mungkin
tidak dapat menerapkan keterampilan komprehensi paragraf yang dikuasainya bagi
bahan bacaan yang memerlukan latar belakang pengetahuan tertentu (Levine via
Zuchdi, 2008:62). Hal ini khususnya berlaku untuk bacaan yang isinya merupakan
pengetahuan dalam bidang studi tertentu, sehingga untuk pengembangan
keterampilan komprehensi harus memperhatikan penggunaan bahan bacaan yang
tingkat kesulitannya sesuai dengan pembaca. Sebaliknya, pembaca harus
meningkatkan pengetahuan tentang satuan-satuan pikiran agar lebih mudah
memahami suatu bacaan tanpa mengalami kesulitan saat membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam perkembangannya menjadi
pembaca yang baik, pembaca mengorganisasi (menyusun) bahan bacaan menjadi
satuan-satuan yang bermakna antara lain berupa frase dan kalimat. Beberapa
pembaca yang tidak baik tidak dapat melakukan hal ini, dan akhirnya komprehensi
mereka sangat kurang meskipun sudah dijelaskan arti setiap kata dalam bacaan
tersebut (Oahan, Wiener, dan Cromer via Zuchdi, 2008: 63). Berikut ini akan
dijelaskan pemahaman mengenai frase, kalimat, ide pokok, ide penjelas, jawaban
pertanyaan khusus, urutan kejadian, petunjuk tertulis, susunan karangan, dan
isi bacaan selanjutnya pembahasan mengenai pengembangan keterampilan belajar.
A.
Memahami
Satuan-Satuan Pikiran
1.
Memahami
Frase
Latihan
membaca frase secara khusus mungkin tidak diperlukan oleh pembaca yang baik, tetapi sangat membantu bagi mereka yang
tidak dapat secara spontan membaca frase demi frase. Membaca nyaring (bersuara)
merupakan setting yang alami untuk
pengembangan kemampuan membaca frase sebagai satuan yang bermakna. Perlu
dibedakan apakah keraguan-raguan dalam membaca disebabkan oleh kelambatan
mengenal kata ataukah oleh kebiasaan memperhatikan kata per kata. Jika seseorang
hanya memisahkan kelompok kata bermakna ketika menjumpai kata-kata tertentu
yang dirasa sulit, masalah utamanya adalah kesulitan pengenalan kata bukan
masalah membaca frase.
Sebagai
praktik pengenalan kata, guru justru menggunakan kartu frase bukan kartu kata.
Kartu frase itu digunakan sebagai flash
card untuk pengenalan secara cepat dalam mengikuti petunjuk-petunjuk, dalam
menyusun kalimat pada cerita, dalam menjawab pertanyaan dengan memilih kartu
frase yang tepat, atau yang lainnya. Sedangkan untuk pengenalan frase atau
mengarahkan perhatian pada frase-frase dapat digunakan pertanyaan komprehensi.
Pertanyaan komprehensi dapat berupa pertanyaan lisan selama pelajaran membaca secara
berkelompok untuk memberikan jawaban-jawaban berupa hasil komprehensi frase.
Anak
yang mengalami kemajuan membaca secara normal tidak memerlukan latihan secara
khusus dalam membaca frase. Membaca kata dalam kelompok-kelompok bermakna
berkembang sebagai bagian keterampilan membaca secara menyeluruh, tanpa harus
diperhatikan secara khusus.
Amble
(1967) menemukan bahwa membaca frase dapat ditingkatkan bahwa membaca frase
dapat ditingkatkan dengan latihan, hal ini tidak bergantung pada membaca
kosakata, dan bahwa peningkatan membaca frase berlangsung terus menerus.
Tugas Remidial dalam Membaca Frase
Membaca
kata demi kata cenderung mengalami kesulitan memperoleh makna satuan pikiran
yang lebih luas seperti frase, klausa, kalimat, atau paragraf. Kebiasaan ini
merupakan akibat dari kelambatan dan ketidaktepatan pengenalan kata dan
banyaknya praktik membaca nyaring yang bersifat mekanis, jika hanya sedikit
atau bahkan tidak ada pembicaraan tentang makna bacaan. Membaca secara mekanis
tanpa komprehensi makna semacam ini disebut “memanggil kata”.
Cromer
(1970) membedakan jenis kesulitan membaca meliputi kelemahan, yaitu baik
kosakata maupun komprehensinya kurang, dan kekurangan, yaitu yang kosakatanya
normal tetapi komprehensinya krang.
Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kebiasaan membaca kata demi kata dan
mengelompokan frase secara salah adalah sebagai berikut:
a. Agar
anak memusatkan perhatian pada membaca frase dan memahami maknannya, bacaan
yang digunakan untuk latihan membaca frase hanya mengandung kesulitan dalam
pengenalan kata dan makna kata (yang baru).
b. Membaca
sejumlah kalimat secara bergantian antara guru dan murid-murid atau guru dapat
membaca nyaring sebuah kalimat dengan penggalan frase secara jelas sekali,
kemudian menyuruh anak menirukannya.
c. Memberikan
bahan bacaan tercetak yang frase-frasenya sudah ditandai oleh guru.
d. Jika
suatu bacaan diketik, distensil atau ditulis tangan, mungkin cara yang terbaik
untuk menyusun frase adalah dengan memberikan jarak tambahan diantara
frase-frase yang ada.
e. Jika
keterampilan mambaca dengan bahan bacaan tersebut sudah berkembang dengan baik,
maka sudah dapat diberi bacaan yang tidak bertanda frase-frasenya
f. Latihan
dapat diberikan dalam bentuk pengenalan sebagai satuan-satuan dengan
diperlihatkan dalam waktu singkat dengan cara:
1)
Frase dapat dicetak atau diketik pada
kartu pengingat yakni kartu yang memperlihatkan sekilas guna pengenalan frase
dengan cepat.
2)
Kartu frase dapat disiapkan dan
disajikan dalam bentuk yang sederhana yang mudah pembuatannya.
3)
Di samping tachistascope sederhana, dapat pula dibuat tachistascope yang diproduksi untuk diperjualbelikan.
4)
Materi latihan dapat diketik satu frase
per baris.
2.
Memahami
Kalimat
Ahli
bahasa modern menekankan gagasan bahwa setiap kalimat memiliki struktur luar dan
struktur dalam (Jacobs dan Serbaun via Zuchdi, 2008: 72), kalimat tersebut
dapat dipahami jika makna struktur dalam dapat ditangkap. Komprehensi kalimat
dapat dicek dengan bermacam-macam cara, salah satunya melibatkan pemilihan dua
kalimat yang memiliki makna sama (stuktur dalam yang sama). Struktur dalam
dapat diungkapkan dalam suatu seri kalimat yang pendek dan sederhana yang
masing-masing mengungkapkan satu gagasan atau suatu hubungan.
Apa yang Menyebabkan Kalimat
Menjadi Sulit?
Adanya
saling mempengaruhi antara pengenalan kata dan penafsiran; kata-kata pada awal
satu kalimat menyusun antisipasi (sesuatu yang mendalam) yang memperngaruhi,
baik pengenalan kata maupun komprehensi bagian akhir kalimat.
Penelitian
bidang keterbacaan menunjukan dua macam alat pengukuran yang dikombinasikan
dengan proporsi yang tepat, yaitu:
1) Alat
untuk mengetahui kesulitan kosakata, biasa diukur dengan menghitung persentase
kata-kata yang tidak tercantum dalam suatu daftar kata-kata yang umum.
2) Alat
berupa rata-rata jumlah kata tiap kalimat, atau rata-rata panjang kalimat.
Kalimat
panjang tampak lebih sulit dipahami
daripada kalimat pendek karena kalimat panjang berisi klausa terikat, frase dan
klausa yang melekat, klausa-klausa yang ditunjukan dengan kata penghubung yang
kurang umum, subyek atau predikat lebih dari satu, susunan kata tidak umum, dan
susunan-susunan lain yang membuat rumit komprehensi. Fry mengusulkan penggunaan
“jarak inti” sebagai pegukur kesulitan kalimat, yaitu subjek, kata kerja, dan
objek. Jumlah kata-kata yang memisahkan subjek dengan kata kerja dan kata kerja
dari objek pada dasarnya bergantung ada atau tidaknya frase atau klausa yang
melekat. Oleh karena itu, tampak sebagai indikator yang masuk akal bagi
kesulitan kalimat (Fry, Weber, dan De Pierro via Zuchdi, 2008: 75).
Salah
satu sumber memahami kalimat adalah penggunaan kata ganti dan kata tugas,
misalnya preposisi dan konjungsi. Sedangkan salah satu faktornya adalah bahwa
bahasa tulis cenderung bahasa formal bukan bahasa percakapan.
Meningkatkan Kemampuan Membaca
Kalimat
Upaya
untuk mengurangi kesulitan dalam memahami kalimat dapat dilakukan dengan banyak
hal. Latihan berbahasa lisan yang lenih banyak dan lebih kompleks merupakan
latar belakang yang menguntungkan bagi komprehensi bacaan yang sama
kompleksitasnya. Praktik pemahaman kalimat dengan menggunakan buku latihan
komprehensi dapat membantu dalam menemukan kesalahan komprehensi. Pertanyaan
khusus tentang setiap kalimat yang menimbulkan salah tafsir harus bervariasi
menurut macam kalimatnya. Isi faktual yang penting dan hubungan sebab-akibat
dari kebanyakan kalimat dapat diteskan dengan kalimat-kalimat tanya. Penggunaan
istilah-istilah gramatikal resmi hendaknya dihindari.
Komprehensi
klausa terikat atau klausa bawhan dalam banyak hal bergantung pada komprehensi
terhadap arti kata-kata yang dipahami dalam klausa tersebut. Salah satu
penyebab timbulnya masalah komprehensi kata-kata penghubung adalah tidak
terbiasa berbicara dan bercakap-cakap dengan menggunakan secara tepat.
Penyusunan kalimat dengan memakai kata hubung merupakan cara tepat untuk
menjelaskan makna kata hubung, sehingga apabila muncul dalam bacaan dapat
dipahami dengan tepat serta membuat parafrase atau menangkap ide yang sama
dalam kata-kata yang berbeda.
3.
Memahami
Ide Pokok
Salah
satu keterampilah komprehensi adalah menemukan ide pokok atau pikiran utama
bahan bacaan yang dibaca. Agar dapat memiliki sebagian besar ide yang paling
penting dari sejumlah besar kata-kata dalam bacaan, diperlukan kemampuan
membedakan antara yang esensial dan yang tidak esensial, antara ide yang
penting dan detail-detail atau ilustrasi. Hal ini merupakan bentuk berpikir
yang melibatan perbandingan dan pemilihan.
Beberapa
jenis latihan untuk mengembangkan komprehensi ide pokok, yaitu:
a. Dalam
membaca suatu cerita, komprehensi maksa suatu kejadian dapat dites dengan
menanyakan apa yang dirasakan oleh tokoh utama selama atau sesudah kejadian
tersebut.
b. Bentuk
latihan lain yang cocok untuk memehami ide pokok cerita adalah perintah untuk
meringkas kejadian menjadi suatu kalimat.
c. Pemahaman
bahan bacaan berupa informasi, ide pokok dapat ditemukan dalam tiap-tiap
paragrafnya. Bentuk soal berupa pilihan ganda yang menanyakan ide pokok
tersebut. Belajar menemukan kata-kata kunci juga dapat membantu pemahaman.
d. Mencari
ide pokok wacana pendek yang terdiri dari beberapa paragraf.
e. Memberikan
latihan untuk menulis kerangka wacana.
f. Membuat
judul wacana yang belum ada judulnya, atau memilih judul-judul yang tersedia
yang paling cocok dengan menggunakan paragraf lepas atau wacana yang lebih
panjang.
g. Pembahasan
dalam penggunaan cara seperti pada kebanyakan perngarang untuk menekakan
ide-ide paling penting, yaitu dengan judul, subjudul, catatan pinggir,
pernyataan pendahuluan, atau ringkasan akhir (kesimpulan).
h. Perhatian
khusus pembaca terhadap paragraf-paragraf pendahuluan dan kesimpulan.
Skimming Guna Memperoleh Kesan Umum
Skimming
adalah keterampilan membaca yang melibatkan membaca sepintas dan cepat untuk
mendapatkan kesan keseluruhan dan umum. Beberapa situasi yang menuntut
penggunaan skimming adalah:
a. Memeriksa
sebuah bab dalam buku, sebelum mempelajarinya secara serius agar memperoleh
sebuah gagasan tentang cakupan umum bab tersebut.
b. Menyampel
beberapa halaman novel atau karya tulis yang lain untuk menentuka apakah karya
tulis itu merupakan bacaan bernilai.
c. Memriksa
secara cepat sebuah artikel tentang isu kontroversial untuk menemukan pandangan
pengarang, tanpa memperhatikan argumen pengarang yang spesifik.
d. Memeriksa
bahan bacaan untuk menilai apakah bacaan tersebut mengandung informasi yang
sedang kita cari.
e. Meneliti
bahan bacaan untuk menentukan apakah bacaan tersebut dapat dipahami ataukah
terlalu sulit.
Sebuah
teknik skimming yang baik dilakukan
dengan hanya membaca kalimat pertama dalam setiap paragraf, sedangkan untuk
pendahuluan dan kesimpulan atau ringkasan dibaca lebih teliti.
4.
Memahami
Ide Penjelas
Dalam
kegiatan membaca fungsional, mencatat dan mengingat detil-detil yang bermakna
sama pentingnya dengan memahami ide pokok, yang bertujuan untuk menyerap
selengkap mungkin materi yang disajikan pengarang. Detil memiliki berbagai
fungsi dalam bacaan paparan (ekspositori) untuk memberikan ilustrasi konkret
yang menyebabkan suatu generalisasi lebih bermakna, memberikan bukti untuk
mendukung suatu kesimpulan, atau untuk menunjukan cara menerapkan suatu ide.
Beberapa
jenis latihan mencatat dan mengingat detil dalam membaca adalah:
a. Dalam
diskusi informal setelah membaca detil dengan membaca dalam hati, pikiran utama
harus dapat diarahkan pada detil dengan pertanyaan.
b. Suatu
kerangka karangan yang belum selesai dapat disajikan dengan ide-ide pokoknya
dicantumkan dan diberi tempat kosong untuk ide penjelas.
c. Penggunaan
pertanyaan yang langsung mengenai detil-detil.
5.
Menemukan
Jawaban Pertanyaan Khusus
Dalam
beberapa kegiatan membaca, pembaca memiliki pertanyaan khusus dalam pikirannya.
Namun terkadang pembaca menemukan kesulitan menemukan jawaban dari pertanyaan
tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya pertanyaan dibuat sebelum membaca dan cara
membacanya harus ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Berdiskusi merupakan cara untuk mencapai sukses dan membetulkan kesalahan.
Scanning
(Membaca
Sepintas untuk Menemukan Informasi Tertentu)
Scanning
adalah membaca secara cepat untuk menemukan jawaban suatu pertanyaan yang
sangat spesifik sperti nama, tanggal, nomor telepon, atau yang lainnya.
Mempelajari scanning dapat dilakukan
dengan menggunkan bahan bacaan yang biasa dibaca dengan scanning dalam kegiatan membaca fungsional. Scanning yang digunakan untuk memperoleh informasi tertentu telah
mengembangkan keterampilan khusus yang berbeda dengan cara membaca yang lain.
Selama menggerakan mata secara cepat melihat keseluruh materi bacaan, pembaca
tidak menyerap makna tetapi hanya mengenali bahwa hal yang dicarinya tidak ada.
Ketika dia menjumpai hal-hal yang dicarinya, akan tampak secara jelas
seolah-olah tercetak tebal.
6.
Mengikuti
Urutan Kejadian
Dalam
pemahaman bacaa naratif, baik beruupa fiksi atau sejarah diperlukan kemampuan
untuk mencatat susunan atau urutan kejadian, menangkap hubungan sebab akibat
yang ada, dan mengantisipasi hal-hal lain dari cerita tersebut. Cara praktik
dalam komprehensi ini dalah:
a. Menceritakan
kembali isi cerita adalah cara yang paling efektif dan tepat.
b. Penggambaran
urutan kejadian yang masih acak untuk disusun kembali.
c. Berpikir
selama membaca dan mencoba mengantisipasi (menerka kelanjutan) cerita dapat
dikembangkan dengan menyajikan ceriya-cerita yang belum selesai dan meminta
pembaca untuk membuat akhir cerita yang cocok atau memilih dari beberapa akhir
cerita yang disediakan yan dirasa paling cocok.
7.
Mengikuti
Petunjuk Tertulis
Salah
satu kegunaan membaca adalah untuk menemukan cara mengerjakan sesuatu yang
terdapat pada petunjuk-petunjuk tertulis dan aturan-aturan melakukan sesuatu.
8.
Mengenali
Susunan Karangan
Tulisan
yang baik adalah tulisan yang tersusun sedemikian rupa sehingga pengarang mulai
dengan sesuatu yang dikatakannya, memikirkan urutannya dan hubungan antara
ide-ide khusus yang akan diungkapkannya, dan rencana pemaparannya secara
tertatur. Dalam karangan fiksi ada perwatakan yang diperkenalkan, latar
(setting) yang digambarkan, dan alur cerita yang jika direncanakan dengan baik
akan berakhir dengan suatu klimaks. Dalam tulisan yang berisi informasi atau
fakta, biasanya ada pendahuluan, isi dan keimpulan atau ringkasan. Ada beberapa
perbedaan antara tulisan paparan atau argumen, antara tulisan yang bermaksud
menyampaikan informasi dan tulisan yang bermaksud melakukan persuasi. Pola
khusus yang digunakan oleh setiap penulis dapat sangat berbeda, tetapi dalam
bacaan yang tertulis dengan baik harus dapat dikenali polanya.
9.
Mengingat
Isi Bacaan
Banyak
orang mengeluhkan bahwa mereka memahami apa yang mereka baca, tetapi tidak
dapat mengingat isi bacaannya. Berikut ini adalah prinsip-prinsip untuk
menanggapi keluhan tersebut, seperti:
a. Bahan
bacaan akan mudah diingat jika bermakna.
b. Bahan
bacaan akan mudah dipahami dalam susunan yang lebih mudah diingat daripada
bahan bacaan yang tidak tersusun dengan baik.
c. Mengingat
hal-hal penting dari yang dibaca dengan membuat skema, meringkas, atau membuat
catatan, atau hanya dengan menggarisbawahi hal-hal itu atau menulis komentar di
bagian tepi bacaan.
d. Usaha
aktif untuk mengingat-ingat selama membaca merupakan cara untuk memperbaiki
daya ingat.
e. Hal
yang diingat harus diteliti dan diperhatikan secara khusus.
f. Menelaah
dan membaca ulang jika pembaca mengingat dalam waktu yang lama.
g. Setelah
membaca, pembaca harus mencoba mengingat hal-hal penting yang perlu diingat dan
memahaminya kepada diri sendiri.
h. Hal-hal
yang harus diingat membutuhkan pengulangan pemahaman dari waktu ke waktu.
Dengan
demikian, kurangnya ingatan terhadap apa yang telah dibaca merupakan akibat
dari membaca secara pasif, tidak selektif, yang diikuti dengan kegagalan
mengulang dan menyatakan kepada diri sendiri hal-hal yang perlu diingat.
Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan menyediakan beberapa latihan
mengungkapkan kembali bahan bacaan yang telah dibaca.
B.
Pengembangan Keterampilan Belajar
1.
Menemukan
Letak Informasi
2.
Memahami
Informasi
3.
Membaca
Peta, Grafik, Carta, dan Tabel
4.
Membuat
Skema dan Ringkasan
BAB
III
KESIMPULAN
Hal
yang paling dasar untuk dipahami atau dipelajari dalam meningkatkan komprehensi
membaca adalah pemahaman mengenai satuan-satuan pikiran. Pemahaman tersebut
dapat diawali dengan pemahaman frase, kalimat, ide pokok, ide penjelas, jawaban
pertanyaan khusus, urutan kejadian, petunjuk tertulis, susunan karangan, dan
isi bacaan. Setelah keterampilan tersebut dikuasai selanjutnya pembaca dapat
meningkatkan komprehensi membaca dengan mengembangkan keterampilan belajar.
Dalam keterampilan belajar ini lebih ditekankan pada membaca fungsional, yaitu
menggunakan keterampilan membaca untuk tujuan memperoleh informasi. Membaca fungsional meliputi empat
hal, yaitu: kemampuan menemukan letak informasi, memahami informasi, membaca
peta, grafik, carta, dan tabel, serta membuat skema dan ringkasan. Dengan
menguasai keterampilan-keterampilan tersebut, maka pembaca dapat dengan mudah
memahami bacaan secara keseluruhan, sehingga proses komunikasi berjalan dengan
lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Zuchdi, Darmiyati. 2008. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca:
Peningkatan Komprehensi. Yogyakarta: UNY Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar