Rabu, 27 April 2016

Makalah Reduplikasi



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sistem tanda yang arbitrer. Melalui bahasa, manusia berkomunikasi, bertukar pendapat dan ide. Bahasa menjadi penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tak jarang terjadi kesalahpahaman dan miskomunikasi saat bercakap dengan bahasa. Oleh karena itu, bahasa menjadi aspek penting untuk dikaji lebih dalam maknanya, meliputi struktur dan susunan kalimat, padanan kata, frase, hingga proses pembentukan dan asal-usul kata tersebut.
Salah satu kajian dalam bahasa yaitu adanya kajian tentang kata dan pembentukan kata. Perihal ini menjabarkan tentang proses pembentukan kata, ciri kata, dan analisis kata. Kata-kata tersebut meliputi kata dasar, kata berimbuhan, afiksasi, reduplikasi, komponisasi, sbreviasi, dan derivasi balik. Dalam bahasan ini, pemakalah akan membahas tentang kata ulang atau reduplikasi dalam bahasa Indonesia.

B.  Fokus Permasalahan
Fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1.    Ciri bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia
2.    Ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia
3.    Proses morfologis kata ulang berafiks dalam bahasa Indonesia

C.  Kajian teori
Kajian teori yang digunakan dalam penyusunan makalah ini berupa kajian pustaka dan sumber internet. Gorys Keraf (1991: 149) menyatakan bahwa reduplikasi merupakan sebuah bentuk gramatikal yang berujud penggandaan sebagai atau seluruh bentuk dasar sebuah kata. Reduplikasi atau proses pengulangan adalah pengulangan satuan gramatik sebagian atau seluruhnya, dengan variasi fonem ataupun tidak (Ramlan, 1985: 57). Simatupang (1979: 16) menguraikan reduplikasi atau pengulangan sebagai proses morfemis yang mengubah bentuk kata dan arti. Verhaar (1977: 152), reduplikasi atau pengulangan adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar sebagian atau seluruhnya. Sudaryanto (1991: 39), pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata dengan bentuk dasar sebagai tumpuannya, bentuk dasar yang dimaksud bermakna leksikal, dengan hasil polmorfemis. Bauer (1988: 25), reduplikasi adalah pengulangan kata yang dapat ditambahkan (diulang) didepan atau belakang dari bentuk dasarnya. Hadiwidjana (1967: 23) menyatakan pengulangan sebagai proses pengulangan kata yang membentuk bentuk jamak, begitu juga artinya. Antunsuhono (1953: 36) menjelaskan pengulangan adalah kata yang diucapkan dua kali seluruhnya atau sebagian. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa reduplikasi adalah proses pembentukan bentuk yang lebih luas dengan bahan dasar kata dengan hasil kata, atau bentuk polimorfemis, sedangkan cara pengulangan dapat sebagian, dapat seluruhnya, dapat ulangan bagian depan atau belakang, dan dapat juga dengan menambahkan afiks. Hasil pembentukan pengulangan disebut dengan kata ulang.




















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Ciri Bentuk Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia
Menurut Masnur Muslich (2008: 50) menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan yang pernah dilakukan oleh beberapa pengamat bahasa Indonesia, ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.    Kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata ulangnya.
Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda (nomina), bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga apabila kata ulang itu berkelas kata kerja (verba), bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja. Contoh:
Kata Ulang
Bentuk dasarnya
Gedung-gedung                (kata benda)
Sayur-sayuran                    (kata benda)
Peraturan-peraturan           (kata benda)
Membaca-baca                  (kata kerja)
Berlari-lari                         (kata kerja)
Pelan-pelan                        (kata sifat)
Biru-biru                            (kata sifat)
Tiga-tiga                            (kata bilangan)
Gedung                              (kata benda)
Sayur                                  (kata benda)
Peraturan                            (kata benda)
Membaca                            (kata kerja)
Berlari                                (kata kerja)
Pelan                                  (kata sifat)
Biru                                    (kata sifat)
Tiga                                    (kata bilangan)
dll.
dll.

2.    Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
Maksud “dalam pemakaian bahasa” adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat. Misalnya, apabila kata ulang mengata-ngatakan dapat dipakai dalam kalimat Dia rupanya mengata-ngatakan persoalan itu kepada teman-temannya. Bentuk dasarnya pun harus dapat dipaki dalam konteks kalimat. Bentuk dasar kata ulang mengata-ngatakan bukanlah mengata atau ngatakan sebab kedua bentuk itu tidak dapat dipakai dalam konteks kalimat, tetapi bnetuk dasarnya adalah mengatakan. Contoh :
Kata Ulang
Bentuk dasarnya
Melaku-lakuan
Menyatu-nyatukan
Melari-larikan
Mempertunjuk-tunjukkan
Bergerak-gerak
Melakukan, bukan melaku
Menyatukan, bukan menyatu
Melarikan, bukan melari atau larika
Mempertunjuk, bukan mempertunjuk atau menunjukkan
Bergerak, bukan gerak (sebab kelas katanya berbeda dengan kata ulangnya).
dll.
dll.

3.    Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Ciri ketiga ini, sebenarnya untuk menjawab persoalan bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses pengulangan, seperti kata pipi, dada, dan kuku. Berdasarkan ciri ini, jelaslah bahwa pada kata alun bukan merupakan bentuk dasar dari kata alun-alun. Kata undang bukan merupakan bentuk dasar dari undang-undang, dan sebagainya. Sedangkan pada kata tetamu, pepohon, dan dedahan termasuk dalam kata ulang karena arti bentuk dasarnya berhubungan dengan arti kata ulangnya. Misalnya kata pepohon berasal dari kata pohon-pohon ® popohon ® pepohon, yang artinya banyak pohon.

B.  Ciri Makna Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia
Makna reduplikasi adalah makna yang timbul akibat proses pengulangan bentuk dasar. Ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia dapat menyatakan:
1.    Intensif atau sungguh-sungguh
Contoh: bongkar-bongkar, diangkat-angkat, mengejar-ngejar, dll.
2.    Deintensif atau sambil lalu
Contoh: bawa-bawa, tidur-tiduran, datang-datang, dll.
3.    Iteratif atau berkali-kali
Contoh: keliling-keliling, digunting-gunting, tertawa-tawa, dll.
4.    Resiprokal atau berbalasan
Contoh: cubit-cubitan, antar-mengantar, bercinta-cintaan, dll.
5.    Banyak
Contoh: kaya-kaya, rumah-rumah, pepohonan, dedaunan, dll.
6.    Berjenis-jenis
Contoh: sayur-mayur, serba-serbi, corat-coret, dll.
7.    Kepastian
Contoh: sehat-sehat, baik-baik, gemuk-gemuk, dll.
8.    Ketidakpastian
Contoh: untung-untungan, dll.
9.    Yang dianggap
Contoh: leluhur, tetua, dll.
10.     Tidak tentu
Contoh: siapa-siapa, mana-mana, dll.
11.     Bertindak seperti
Contoh: bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, dll.
12.     Menyerupai
Contoh: langit-langit, kemerah-merahan, kebarat-baratan, dll.
13.     Meremehkan
Contoh: dia-dia, mereka-mereka, kamu-kamu, dll.
14.     Dramatisasi
Contoh: kami-kami, kita-kita, dll.
15.     Paling
Contoh: setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya, secepat-cepatnya, dll.
16.     Makin
Contoh: meluap-luap, merendah-rendah, dll.
17.     Waktu atau masa
Contoh: malam-malam, pagi-pagi, sore-sore, dll.

C.  Proses Morfologis Kata Ulang Berafiks dalam Bahasa Indonesia
Macam-macam reduplikasi atau pengulangan dalam bahasa Indonesia antara lain seperti berikut.
1.    Pengulangan seluruhnya atau penuh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan bentuk dasar secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Contoh:
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Seluruh
Batu
Sembilan
Persatuan
Pembangunan
Satuan
Batu-batu
Sembilan-sembilan
Persatuan-persatuan
Pembangunan-pembangunan
Satuan-satuan
dll.
dll.

2.    Pengulangan sebagian atau pengulangan parsial
Pengulangan sebagian adalah pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem. Contoh:
Bentuk Dasar
Hasil Pengulangan Sebagian
Memanggil
Membersihkan
Ditulis
Dilambaikan
Berkata
Terguling
Minuman
Perlahan
Seakan
Memanggil-manggil; panggil-memanggil
Membersih-bersihkan
Ditulis-tulis
Dilambai-lambaikan
Berkata-kata
Terguling-guling
Minum-minuman
Perlahan-lahan
Seakan-akan
dll.
dll.

3.    Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks secara bersama-sama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung satu arti. Di dalam bahasa Indonesia ada beberapa imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama dengan pengulangan bentuk membentuk satu arti, yaitu {-an}, {ke-an}, dan {se-nya}. Contoh:
Bentuk Dasar
+
Pengulangan dan Pembubuhan Afiks
=
Hasil Pengulangan
Rumah
Kuda
Hijau
Baik
Lincah
+
+
+
+
+
(pengulangan)-an
(pengulangan)-an
ke-(pengulangan)-an
se-(pengulangan)-nya
se-(pengulangan)-nya
=
=
=
=
=
Rumah-rumahan
Kuda-kudan
Kehijau-hijauan
Sebaik-baiknya
Selincah-lincahnya




dll.
Dari contoh di atas, terlihat bahwa umumnya bentuk dasar pengulangan sebagian berupa morfem kompleks yang berafiks. Selain itu, ada kecenderungan pula bahwa yang diulang hanya bentuk asalnya.

4.    Pengulangan dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem. Dalam bahasa Indonesia ada dua model pengulangan perubahan fonem, yaitu:
                  a.     Pengulangan fonem vokal
Contoh: bolak-balik (bentuk dasar: balik), serba-serbi (bentuk dasar: serba), dan robak-robek (bentuk dasar: robek).
                  b.     Pengulangan fonem konsonan
Contoh: lauk-pauk (bentuk dasar: lauk), ramah-tamah (bentuk dasar: ramah), dan beras-petas (bentuk dasar: beras).

5.    Pengulangan semantis
Pengulangan semantis adalah pengulangan arti melalui penggabungan dua bentuk yang mengandung arti sinonim. Pengulangan ini tidak menyebabkan pengubahan kategorial, karena bentuk kata tidak mengalami pengubahan sehingga bentuknya semacam komposisi. Pengulangan ini hanya dalam aspek semantisnya (makna) atau terjadi pengulangan semantis dalam bentuk baru. Pengulangan semacam ini jika dilihat dari bentuk fisik tidak menunjukkan adanya pengulangan, karena hanya memadukan kata yang bermakna sama. Contoh: sopan santun, tata krama, adat istiadat, alim ulama, sebab musabab, asal usul, dan lain-lain.

 Macam-macam pengulangan tersebut dapat dibagi menjadi:
1.    Pengulangan penuh morfem asal atau disebut dwilingga.
Pengulangan penuh adalah pengulangan morfem dasar atau morfem asal secara utuh. Contoh: meja-meja, bapak-bapak, batu-batu, dan lain-lain.

2.    Pengulangan dengan pengubahan bunyi atau pengubahan fonem baik vokal maupun konsonan yang disebut dwilingga salin swara.
Pengulangan pengubahan bunyi adalah pengulangan dengan mengubah bunyi dari kata dasar yang diulang. Pengubahan bunyi dapat terjadi pada morfem bagian depan, bagian belakang, dan dapat juga terjadi pada kedua morfem yaitu depan dan belakang. Contoh: mondar-mandir, bolak-balik, compang-camping, dan lain-lain.

3.    Pengulangan trilingga.
Pengulangan berupa pengulangan unsur (suku kata) sebanyak tiga kali. Contoh: dag-dig-dug, cas-cis-cus, dan ngak-ngik-ngok.

4.    Pengulangan parsial awal atau pengulangan silabe awal yang disebut dwipurwa.
Pengulangan parsial awal adalah pengulangan yang wujud ulangan fonemisnya sama dengan wujud fonemis atau silabe awal bentuk dasarnya. Contoh: pepohon, tetamu, dedahan, dan lain-lain.

5.    Pengulangan parsial akhir atau pengulangan silabe akhir yang disebut dwiwasana.
Pengulangan parsial akhir adalah pengulangan silabe akhir, yang diulang dibelakang silabe akhir tersebut. Contoh: sekali-kali.

6.    Pengulangan dengan afiks.
Pengulangan dengan pembubuhan afiks adalah pengulangan bentuk dasar dengan menambahkan afiks pada perulangannya. Afiks yang dibubuhkan adalah awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran. Contoh: berjalan-jalan, secepat-cepatnya, membagi-bagikan, dan lain-lain.

7.    Pengulangan semu.
Pengulangan semu adalah bentuk morfem yang terlihat seperti telah mengalami pengulangan tetapi sebetulnya kata dasar atau bentuk dasar, sehingga sebetulnya tidak terjadi proses pengulangan. Kata yang dianggap sebagai kata dasarnya juga tidak menunjukkan relasi terhadap bentuk ulangnya. Kata ini hanya memiliki satu makna. Contoh: kupu-kupu, kura-kura, ubur-ubur, dan lain-lain.

8.    Pengulangan semantis.
Pengulangan semantis adalah pengulangan arti melalui penggabungan dua bentuk yang mengandung arti sinonim. Contoh: sopan santun, tata krama, dan lain-lain.

Selanjutnya, proses morfologis reduplikasi berafiks akan dijabarkan secara rinci di bawah ini.
Ø Proses (1)
Leksem   ® Afiksasi ® Kata ® Reduplikasi ® Kata
Contoh:
Raba ® me- ® meraba ® reduplikasi dwiwasana ® meraba-raba

Ø Proses (2)
Leksem ® reduplikasi ® kata ® afiksasi ® kata
Contoh:
Panas ® reduplikasi ® panas-panas ® di-i ® dipanas-panasi

Ø Proses (3)
Leksem ® afiksasi ® kata-1 ® reduplikasi ® kata-2 ® afiksasi ® kata-3
Contoh:
Ludah ® me- ® meludah ® reduplikasi ® meludah-ludah ® -i ® meludah-ludahi















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ciri-ciri bentuk dasar kata ulang bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.    Kelas kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata ulangnya.
2.    Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
3.    Arti bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Ciri Makna Kata Ulang dalam Bahasa Indonesia dapat menyatakan:
1.    Intensif atau sungguh-sungguh
2.    Deintensif atau sambil lalu
3.    Iteratif atau berkali-kali
4.    Resiprokal atau berbalasan
5.    Banyak
6.    Berjenis-jenis
7.    Kepastian
8.    Ketidakpastian
9.    Yang dianggap
10.     Tidak tentu
11.     Bertindak seperti
12.     Menyerupai
13.     Meremehkan
14.     Dramatisasi
15.     Paling
16.     Makin
17.     Waktu atau masa
Proses Morfologis Kata Ulang Berafiks dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Ø Proses (1)
Leksem   ® Afiksasi ® Kata ® Reduplikasi ® Kata
Ø Proses (2)
Leksem ® reduplikasi ® kata ® afiksasi ® kata
Ø Proses (3)
Leksem ® afiksasi ® kata-1 ® reduplikasi ® kata-2 ® afiksasi ® kata-3































DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Definisi Trilingga. http://www.artikata.com/arti-355107-trilingga.html. Diunduh pada 23 November.
Anonim. 2011. Reduplikasi. http://copiyan.wordpress.com/2010/03/16/reduplikasi/. Diunduh pada 24 November.
Arifin, Zaenal, dkk. Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Grasindo.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia-Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.
Nurhayati, Endang. Morfologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: PBD FBS UNY.
Permana , A. G. 2011. Makna Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia-Arti Pengertian Perulangan Kata. http://www.metumumer.com/2011/07/makna-kata-ulang-dalam-bahasa-indonesia.html. Diunduh pada 23 November.
Ramlan, M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Saif . 2008. Reduplikasi (Pengulangan). http://zieper.multiply.com/journal/item/35. Diunduh pada 23 November.
Santoso, Joko. 2011. Materi Perkuliahan Morfologi. Yogyakarta: PBSI FBS UNY.
Sunarno. 2007. Kata Ulang atau Reduplikasi. http://sunarno5.wordpress.com/2007/12/06/kata-ulang-atau-reduplikasi/. Diunduh pada 23 November.
Zamzani . Pemerian Wujud Reduplikasi Bahasa Indonesia. http://eprints.uny.ac.id/321/1/deskripsi_reduplikasi.pdf. Diunduh pada 23 November.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar