BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah
sistem tanda yang arbitrer. Melalui bahasa, manusia berkomunikasi, bertukar
pendapat dan ide. Bahasa menjadi penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
tak jarang terjadi kesalahpahaman dan miskomunikasi saat bercakap dengan
bahasa. Oleh karena itu, bahasa menjadi aspek penting untuk dikaji lebih dalam
maknanya, meliputi struktur dan susunan kalimat, padanan kata, frase, hingga
proses pembentukan dan asal-usul kata tersebut.
Salah satu
kajian dalam bahasa yaitu adanya kajian tentang kata dan pembentukan kata.
Perihal ini menjabarkan tentang proses pembentukan kata, ciri kata, dan
analisis kata. Kata-kata tersebut meliputi kata dasar, kata berimbuhan,
afiksasi, reduplikasi, komponisasi, sbreviasi, dan derivasi balik. Dalam
bahasan ini, pemakalah akan membahas tentang kata ulang atau reduplikasi dalam
bahasa Indonesia.
B. Fokus Permasalahan
Fokus
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi:
1. Ciri
bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia
2. Ciri
makna kata ulang dalam bahasa Indonesia
3. Proses
morfologis kata ulang berafiks dalam bahasa Indonesia
C. Kajian teori
Kajian teori
yang digunakan dalam penyusunan makalah ini berupa kajian pustaka dan sumber
internet. Gorys Keraf (1991: 149) menyatakan bahwa reduplikasi merupakan sebuah
bentuk gramatikal yang berujud penggandaan sebagai atau seluruh bentuk dasar
sebuah kata. Reduplikasi atau proses pengulangan adalah pengulangan satuan
gramatik sebagian atau seluruhnya, dengan variasi fonem ataupun tidak (Ramlan,
1985: 57). Simatupang (1979: 16) menguraikan reduplikasi atau pengulangan
sebagai proses morfemis yang mengubah bentuk kata dan arti. Verhaar (1977:
152), reduplikasi atau pengulangan adalah proses morfemis yang mengulang bentuk
dasar sebagian atau seluruhnya. Sudaryanto (1991: 39), pengulangan berfungsi
sebagai pembentuk kata dengan bentuk dasar sebagai tumpuannya, bentuk dasar
yang dimaksud bermakna leksikal, dengan hasil polmorfemis. Bauer (1988: 25),
reduplikasi adalah pengulangan kata yang dapat ditambahkan (diulang) didepan
atau belakang dari bentuk dasarnya. Hadiwidjana (1967: 23) menyatakan
pengulangan sebagai proses pengulangan kata yang membentuk bentuk jamak, begitu
juga artinya. Antunsuhono (1953: 36) menjelaskan pengulangan adalah kata yang
diucapkan dua kali seluruhnya atau sebagian. Dari beberapa pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa reduplikasi adalah proses pembentukan bentuk yang lebih
luas dengan bahan dasar kata dengan hasil kata, atau bentuk polimorfemis,
sedangkan cara pengulangan dapat sebagian, dapat seluruhnya, dapat ulangan
bagian depan atau belakang, dan dapat juga dengan menambahkan afiks. Hasil
pembentukan pengulangan disebut dengan kata ulang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Ciri Bentuk Kata Ulang dalam Bahasa
Indonesia
Menurut Masnur
Muslich (2008: 50) menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan yang pernah
dilakukan oleh beberapa pengamat bahasa Indonesia, ciri-ciri bentuk dasar kata
ulang bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Kelas
kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata ulangnya.
Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda
(nomina), bentuk dasarnya pun berkelas kata benda. Begitu juga apabila kata
ulang itu berkelas kata kerja (verba), bentuk dasarnya juga berkelas kata
kerja. Contoh:
Kata
Ulang
|
Bentuk
dasarnya
|
Gedung-gedung (kata benda)
Sayur-sayuran (kata benda)
Peraturan-peraturan (kata benda)
Membaca-baca (kata kerja)
Berlari-lari (kata kerja)
Pelan-pelan (kata sifat)
Biru-biru (kata sifat)
Tiga-tiga (kata bilangan)
|
Gedung (kata benda)
Sayur (kata benda)
Peraturan (kata benda)
Membaca (kata kerja)
Berlari (kata kerja)
Pelan (kata
sifat)
Biru (kata sifat)
Tiga (kata
bilangan)
|
dll.
|
dll.
|
2. Bentuk
dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
Maksud “dalam pemakaian bahasa” adalah dapat dipakai
dalam konteks kalimat. Misalnya, apabila kata ulang mengata-ngatakan dapat dipakai dalam kalimat Dia rupanya mengata-ngatakan persoalan itu kepada teman-temannya. Bentuk
dasarnya pun harus dapat dipaki dalam konteks kalimat. Bentuk dasar kata ulang mengata-ngatakan bukanlah mengata atau ngatakan sebab kedua bentuk itu tidak dapat dipakai dalam konteks
kalimat, tetapi bnetuk dasarnya adalah mengatakan.
Contoh :
Kata
Ulang
|
Bentuk
dasarnya
|
Melaku-lakuan
Menyatu-nyatukan
Melari-larikan
Mempertunjuk-tunjukkan
Bergerak-gerak
|
Melakukan,
bukan melaku
Menyatukan,
bukan menyatu
Melarikan,
bukan melari atau larika
Mempertunjuk,
bukan mempertunjuk atau menunjukkan
Bergerak,
bukan gerak (sebab kelas katanya berbeda dengan kata ulangnya).
|
dll.
|
dll.
|
3. Arti
bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Ciri ketiga ini, sebenarnya untuk menjawab persoalan
bentuk kata yang secara fonemis berulang, tetapi bukan merupakan hasil proses
pengulangan, seperti kata pipi, dada, dan kuku. Berdasarkan ciri ini, jelaslah
bahwa pada kata alun bukan merupakan
bentuk dasar dari kata alun-alun. Kata
undang bukan merupakan bentuk dasar
dari undang-undang, dan sebagainya.
Sedangkan pada kata tetamu, pepohon, dan
dedahan termasuk dalam kata ulang
karena arti bentuk dasarnya berhubungan dengan arti kata ulangnya. Misalnya kata
pepohon berasal dari kata pohon-pohon
®
popohon ®
pepohon, yang artinya banyak pohon.
B. Ciri Makna Kata Ulang dalam Bahasa
Indonesia
Makna
reduplikasi adalah makna yang timbul akibat proses pengulangan bentuk dasar.
Ciri makna kata ulang dalam bahasa Indonesia dapat menyatakan:
1. Intensif
atau sungguh-sungguh
Contoh: bongkar-bongkar, diangkat-angkat,
mengejar-ngejar, dll.
2. Deintensif
atau sambil lalu
Contoh: bawa-bawa, tidur-tiduran, datang-datang,
dll.
3. Iteratif
atau berkali-kali
Contoh: keliling-keliling, digunting-gunting,
tertawa-tawa, dll.
4. Resiprokal
atau berbalasan
Contoh: cubit-cubitan, antar-mengantar,
bercinta-cintaan, dll.
5. Banyak
Contoh: kaya-kaya, rumah-rumah, pepohonan, dedaunan,
dll.
6. Berjenis-jenis
Contoh: sayur-mayur, serba-serbi, corat-coret, dll.
7. Kepastian
Contoh: sehat-sehat, baik-baik, gemuk-gemuk, dll.
8. Ketidakpastian
Contoh: untung-untungan, dll.
9. Yang
dianggap
Contoh: leluhur, tetua, dll.
10. Tidak
tentu
Contoh: siapa-siapa, mana-mana, dll.
11. Bertindak
seperti
Contoh: bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, dll.
12. Menyerupai
Contoh: langit-langit, kemerah-merahan,
kebarat-baratan, dll.
13. Meremehkan
Contoh: dia-dia, mereka-mereka, kamu-kamu, dll.
14. Dramatisasi
Contoh: kami-kami, kita-kita, dll.
15. Paling
Contoh: setinggi-tingginya, sebanyak-banyaknya,
secepat-cepatnya, dll.
16. Makin
Contoh: meluap-luap, merendah-rendah, dll.
17. Waktu
atau masa
Contoh: malam-malam, pagi-pagi, sore-sore, dll.
C. Proses Morfologis Kata Ulang
Berafiks dalam Bahasa Indonesia
Macam-macam reduplikasi
atau pengulangan dalam bahasa Indonesia antara lain seperti berikut.
1. Pengulangan
seluruhnya atau penuh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan bentuk dasar
secara keseluruhan, tanpa berkombinasi dengan pembubuhan afiks dan tanpa
perubahan fonem. Contoh:
Bentuk
Dasar
|
Hasil
Pengulangan Seluruh
|
Batu
Sembilan
Persatuan
Pembangunan
Satuan
|
Batu-batu
Sembilan-sembilan
Persatuan-persatuan
Pembangunan-pembangunan
Satuan-satuan
|
dll.
|
dll.
|
2. Pengulangan
sebagian atau pengulangan parsial
Pengulangan sebagian adalah pengulangan bentuk dasar
secara sebagian, tanpa perubahan fonem. Contoh:
Bentuk
Dasar
|
Hasil
Pengulangan Sebagian
|
Memanggil
Membersihkan
Ditulis
Dilambaikan
Berkata
Terguling
Minuman
Perlahan
Seakan
|
Memanggil-manggil;
panggil-memanggil
Membersih-bersihkan
Ditulis-tulis
Dilambai-lambaikan
Berkata-kata
Terguling-guling
Minum-minuman
Perlahan-lahan
Seakan-akan
|
dll.
|
dll.
|
3. Pengulangan
yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks
Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan
afiks adalah pengulangan bentuk dasar disertai dengan penambahan afiks secara
bersama-sama atau serentak dan bersama-sama pula mendukung satu arti. Di dalam
bahasa Indonesia ada beberapa imbuhan yang dapat bergabung secara bersama-sama
dengan pengulangan bentuk membentuk satu arti, yaitu {-an}, {ke-an}, dan
{se-nya}. Contoh:
Bentuk
Dasar
|
+
|
Pengulangan
dan Pembubuhan Afiks
|
=
|
Hasil
Pengulangan
|
Rumah
Kuda
Hijau
Baik
Lincah
|
+
+
+
+
+
|
(pengulangan)-an
(pengulangan)-an
ke-(pengulangan)-an
se-(pengulangan)-nya
se-(pengulangan)-nya
|
=
=
=
=
=
|
Rumah-rumahan
Kuda-kudan
Kehijau-hijauan
Sebaik-baiknya
Selincah-lincahnya
|
|
|
|
|
dll.
|
Dari contoh di atas, terlihat bahwa
umumnya bentuk dasar pengulangan sebagian berupa morfem kompleks yang berafiks.
Selain itu, ada kecenderungan pula bahwa yang diulang hanya bentuk asalnya.
4. Pengulangan
dengan perubahan fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah
pengulangan bentuk dasar dengan disertai perubahan fonem. Dalam bahasa
Indonesia ada dua model pengulangan perubahan fonem, yaitu:
a. Pengulangan
fonem vokal
Contoh: bolak-balik (bentuk dasar: balik),
serba-serbi (bentuk dasar: serba), dan robak-robek (bentuk dasar: robek).
b. Pengulangan
fonem konsonan
Contoh: lauk-pauk (bentuk dasar: lauk), ramah-tamah
(bentuk dasar: ramah), dan beras-petas (bentuk dasar: beras).
5. Pengulangan
semantis
Pengulangan semantis adalah pengulangan arti melalui
penggabungan dua bentuk yang mengandung arti sinonim. Pengulangan ini tidak
menyebabkan pengubahan kategorial, karena bentuk kata tidak mengalami
pengubahan sehingga bentuknya semacam komposisi. Pengulangan ini hanya dalam
aspek semantisnya (makna) atau terjadi pengulangan semantis dalam bentuk baru.
Pengulangan semacam ini jika dilihat dari bentuk fisik tidak menunjukkan adanya
pengulangan, karena hanya memadukan kata yang bermakna sama. Contoh: sopan
santun, tata krama, adat istiadat, alim ulama, sebab musabab, asal usul, dan
lain-lain.
Macam-macam pengulangan tersebut dapat dibagi
menjadi:
1. Pengulangan
penuh morfem asal atau disebut dwilingga.
Pengulangan penuh adalah pengulangan morfem dasar
atau morfem asal secara utuh. Contoh: meja-meja, bapak-bapak, batu-batu, dan
lain-lain.
2. Pengulangan
dengan pengubahan bunyi atau pengubahan fonem baik vokal maupun konsonan yang
disebut dwilingga salin swara.
Pengulangan pengubahan bunyi adalah pengulangan
dengan mengubah bunyi dari kata dasar yang diulang. Pengubahan bunyi dapat
terjadi pada morfem bagian depan, bagian belakang, dan dapat juga terjadi pada
kedua morfem yaitu depan dan belakang. Contoh: mondar-mandir, bolak-balik,
compang-camping, dan lain-lain.
3. Pengulangan
trilingga.
Pengulangan berupa pengulangan unsur (suku kata)
sebanyak tiga kali. Contoh: dag-dig-dug,
cas-cis-cus, dan ngak-ngik-ngok.
4. Pengulangan
parsial awal atau pengulangan silabe awal yang disebut dwipurwa.
Pengulangan parsial awal adalah pengulangan yang
wujud ulangan fonemisnya sama dengan wujud fonemis atau silabe awal bentuk dasarnya.
Contoh: pepohon, tetamu, dedahan, dan lain-lain.
5. Pengulangan
parsial akhir atau pengulangan silabe akhir yang disebut dwiwasana.
Pengulangan parsial akhir adalah pengulangan silabe
akhir, yang diulang dibelakang silabe akhir tersebut. Contoh: sekali-kali.
6. Pengulangan
dengan afiks.
Pengulangan dengan pembubuhan afiks adalah
pengulangan bentuk dasar dengan menambahkan afiks pada perulangannya. Afiks
yang dibubuhkan adalah awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dengan
akhiran. Contoh: berjalan-jalan, secepat-cepatnya, membagi-bagikan, dan
lain-lain.
7. Pengulangan
semu.
Pengulangan semu adalah bentuk morfem yang terlihat
seperti telah mengalami pengulangan tetapi sebetulnya kata dasar atau bentuk
dasar, sehingga sebetulnya tidak terjadi proses pengulangan. Kata yang dianggap
sebagai kata dasarnya juga tidak menunjukkan relasi terhadap bentuk ulangnya. Kata
ini hanya memiliki satu makna. Contoh: kupu-kupu, kura-kura, ubur-ubur, dan
lain-lain.
8. Pengulangan
semantis.
Pengulangan semantis adalah pengulangan arti melalui
penggabungan dua bentuk yang mengandung arti sinonim. Contoh: sopan santun,
tata krama, dan lain-lain.
Selanjutnya,
proses morfologis reduplikasi berafiks akan dijabarkan secara rinci di bawah
ini.
Ø Proses
(1)
Leksem ® Afiksasi ®
Kata ®
Reduplikasi ®
Kata
Contoh:
Raba ® me- ®
meraba ®
reduplikasi dwiwasana ® meraba-raba
Ø Proses
(2)
Leksem ®
reduplikasi ®
kata ®
afiksasi ®
kata
Contoh:
Panas ®
reduplikasi ®
panas-panas ®
di-i ®
dipanas-panasi
Ø Proses
(3)
Leksem ®
afiksasi ®
kata-1 ®
reduplikasi ®
kata-2 ®
afiksasi ®
kata-3
Contoh:
Ludah ®
me- ®
meludah ®
reduplikasi ®
meludah-ludah ®
-i ®
meludah-ludahi
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ciri-ciri bentuk
dasar kata ulang bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Kelas
kata bentuk dasar kata ulang sama dengan kelas kata-kata ulangnya.
2. Bentuk
dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.
3. Arti
bentuk dasar kata ulang selalu berhubungan dengan arti kata ulangnya.
Ciri Makna Kata
Ulang dalam Bahasa Indonesia dapat menyatakan:
1. Intensif
atau sungguh-sungguh
2. Deintensif
atau sambil lalu
3. Iteratif
atau berkali-kali
4. Resiprokal
atau berbalasan
5. Banyak
6. Berjenis-jenis
7. Kepastian
8. Ketidakpastian
9. Yang
dianggap
10. Tidak
tentu
11. Bertindak
seperti
12. Menyerupai
13. Meremehkan
14. Dramatisasi
15. Paling
16. Makin
17. Waktu
atau masa
Proses
Morfologis Kata Ulang Berafiks dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
Ø Proses
(1)
Leksem ® Afiksasi ®
Kata ®
Reduplikasi ®
Kata
Ø Proses
(2)
Leksem ®
reduplikasi ®
kata ®
afiksasi ®
kata
Ø Proses
(3)
Leksem ®
afiksasi ®
kata-1 ®
reduplikasi ®
kata-2 ®
afiksasi ®
kata-3
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2011. Definisi Trilingga. http://www.artikata.com/arti-355107-trilingga.html. Diunduh pada 23 November.
Anonim.
2011. Reduplikasi. http://copiyan.wordpress.com/2010/03/16/reduplikasi/. Diunduh
pada 24 November.
Arifin,
Zaenal, dkk. Morfologi Bentuk, Makna, dan
Fungsi. Jakarta: PT Grasindo.
Muslich,
Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa
Indonesia-Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.
Nurhayati,
Endang. Morfologi Bahasa Jawa. Yogyakarta:
PBD FBS UNY.
Permana
, A. G. 2011. Makna
Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia-Arti Pengertian Perulangan Kata. http://www.metumumer.com/2011/07/makna-kata-ulang-dalam-bahasa-indonesia.html.
Diunduh pada 23 November.
Ramlan,
M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Saif
. 2008. Reduplikasi (Pengulangan). http://zieper.multiply.com/journal/item/35.
Diunduh pada 23 November.
Santoso, Joko. 2011. Materi Perkuliahan Morfologi. Yogyakarta:
PBSI FBS UNY.
Sunarno. 2007. Kata Ulang atau Reduplikasi. http://sunarno5.wordpress.com/2007/12/06/kata-ulang-atau-reduplikasi/.
Diunduh pada 23 November.
Zamzani . Pemerian
Wujud Reduplikasi Bahasa Indonesia. http://eprints.uny.ac.id/321/1/deskripsi_reduplikasi.pdf.
Diunduh pada 23 November.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar