TEDHAK SINTEN: RITUAL TURUN TANAH
Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki
sedangkan Siten dari kata siti artinya tanah atau bumi. Jadi, tedhak
siten berarti menapakkan kaki kebumi. Ritual tedhak siten
menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan
sukses dimasa mendatang dengan berkah Tuhan dan bimbingan orang tua serta para
guru sejak masa kanak-kanak.
Tedhak Siten atau upacara Turun
Tanah adalah salah satu upacara adat budaya Jawa untuk anak yang berusia 8
bulan (pitung lapan). Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten
diadakan pagi hari di halaman depan rumah. Selain kedua orang tua anak, eyang,
dan para pinisepuh merupakan tamu terhormat, disamping tentunya diundang juga
para saudara dekat. Upacara ini mewujudkan rasa syukur karena pada usia ini
anak tersebut akan mulai mengenal alam disekitarnya dan mulai belajar berjalan.
Pada upacara adat ini
ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh si anak, dimana tiap tahap atau proses tersebut memiliki nilai-nilai budaya yang cukup
tinggi. Upacara tedhak sinten ini
sendiri dalam prosesinya memerlukan uba rampe yang
beraneka ragam, setiap uba rampe yang dipergunakan ini juga memiliki makna yang
cukup dalam. Prosesi upacara tedhak
sinten adalah sebagai berikut.
Pertama, anak dituntun
untuk berjalan maju dan menginjak juadah (jadah) tujuh warna yang
terbuat dari beras ketan. Warna-warna itu adalah merah, putih, oranye, kuning,
hijau, biru dan ungu. Ini merupakan lambang agar anak mampu melewati berbagai
rintangan dalam hidupnya. Strata kesadarannya juga selalu meningkat lebih
tinggi. Dimulai dari kehidupan duniawi, untuk menunjang dan mengembangkan diri,
terpenuhi kebutuhan raganya, kehidupan materinya cukup, raganya sehat, dan
segala keinginannya terpenuhi. Seiring pertumbuhan lahir, keperluan batin
meningkat ke kesadaran spiritual.
Kedua, anak dituntun menaiki tangga yang
terbuat dari batang tebu Arjuna (tebu ireng/wulung), lalu turun lagi. Tebu
merupakan akronim dari antebing kalbu, mantapnya kalbu yang berarti
dengan tekad hati yang mantap. Tebu Arjuna melambangkan supaya anak bersikap
seperti Arjuna, seorang yang berwatak satria dan bertanggung jawab, selalu
berbuat baik dan benar, membantu sesama dan kaum lemah, membela kebenaran,
berbakti demi bangsa dan negara.
Ketiga, turun dari tangga tebu, anak
dituntun untuk berjalan dionggokan pasir. Di tempat itu dia mengais pasir
dengan kakinya, dalam bahasa Jawa disebut ceker-ceker, yang bermakna
adalah mencari makan. Maksudnya anak tersebut setelah dewasa akan mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keempat, anak dimasukkan ke dalam sebuah kurungan
yang biasanya berbentuk kurungan ayam yang sudah dihiasi, didalamnya terdapat
berbagai benda seperti, buku, perhiasan, telpon genggam, uang, dan sebagainya. Kemudian
anak dibiarkan memilih salah satu dari barang-barang tersebut. Misalnya dia
memilih buku, mungkin satu hari dia akan jadi ilmuwan atau memilih telpon
genggam, dia bisa menjadi tehnisi atau ahli komunikasi. Kurungan merupakan lambang
dari dunia nyata. Jadi, anak tersebut memasuki dunia nyata dan dalam
kehidupannya dia akan dipenuhi kebutuhannya melalui pekerjaan atau aktivitas
yang telah dipilihnya secara intuitif sejak kecil. Selanjutnya, anak
dimandikan dengan banyu gege (air yang disimpan dalam
tempayan/bokor selama satu malam dan pagi harinya dihangatkan dengan sinar
matahari) yang melambangkan harapan agar anak dapat selalu segar dan tegar dalam
menjadi hidupnya di masa depan, dalam istilah jawa dikenal dengan gelis
gedhe lan ilang sarap sawane. Setelah selesai, anak kemudian dibimbing
berjalan membawa tebu & perlengkapannya dan dilanjutkan dengan udhik-udhik oleh ayah dan kakeknya.
Kelima,
ayah
dan kakek anak tersebut menyebar udhik-udhik, yaitu uang logam
dicampur berbagai
macam bunga, biji-bijian, dan beras kuning. Maksudnya, anak tersebut jika sudah
dewasa akan menjadi
orang yang dermawan dan suka menolong orang lain, karena
suka memberi,
baik hati, dia juga akan
mudah mendapatkan rejeki.
Keenam, kemudian anak
tersebut dibersihkan dengan dibasuh dengan air sritaman, yaitu air
yang dicampuri bunga-bunga seperti melati, mawar, kenanga dan kantil. Ini
merupakan pengharapan dalam kehidupannya, anak ini nantinya harum namanya dan
bisa mengharumkan nama baik keluarganya.
Ketujuh, pada akhir
upacara, anak tersebut didandani dengan pakaian bersih dan bagus. Maksudnya
supaya si anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan bisa membuat bahagia
keluarganya.
Selanjutnya para
hadirin dipersilahkan menyantap hidangan yang telah disediakan seperti ayam
panggang, pisang raja (melambangkan harapan agar anak tersebut di masa depan
bisa hidup sejahtera dan mulia), jajan pasar, berbagai jenis
jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan, nasi kuning, tumpeng robyong,
dan tumpeng gundhul. Demikian, ritual tedhak siten
telah selesai. Seluruh keluarga berbahagia dan berharap semoga Tuhan memberikan
berkahnya agar tujuan ritual berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar